Strategi Rebranding Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
Penyusunan kebijakan pengembangan PTKIN oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Pendidikan | Hijaupopuler.id
Kementerian Agama tengah mendiskusikan rebranding dan pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).
Dirjen Pendidikan Islam, Abu Rokhmad, bersama tim Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), menggelar diskusi ini.
Diskusi yang diformat sebagai FGD ini dihadiri oleh beberapa mantan Dirjen Pendidikan Islam dan Direktur Diktis, serta Staf Ahli Menteri Agama sekaligus peneliti dari Alvara Research Center, Hasanuddin Ali.
“Kami sangat membutuhkan masukan dari para senior untuk meningkatkan kualitas PTKIN,” kata Abu Rokhmad di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Menurut Abu Rokhmad, rebranding ini adalah bagian dari upaya memperkuat dan memajukan PTKIN agar dapat bersaing dengan perguruan tinggi umum lainnya.
Hasanuddin Ali menekankan pentingnya memahami target pasar PTKIN, khususnya di kalangan siswa SMA dan MA. Ia menegaskan, “Kita perlu merancang strategi yang lebih efektif untuk menarik minat siswa SMA, bukan hanya siswa MA.”
Direktur Diktis, Ahmad Zainul Hamdi, menyatakan pentingnya forum ini untuk membangun hubungan baik antara pejabat baru dan pendahulu mereka.
"Kami berharap masukan dari senior dapat membantu merumuskan kebijakan yang tepat untuk rebranding PTKIN ke depan," ujar Inung, panggilan akrabnya.
Sekretaris Jenderal Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, menekankan pentingnya memperhatikan nomenklatur dalam rebranding PTKIN.
"Branding PTKIN harus mencakup berbagai disiplin ilmu, tidak hanya terbatas pada studi keagamaan, untuk mendukung pengembangan ilmu yang lebih luas," ungkapnya.
Mantan Dirjen Pendidikan Islam yang kini menjabat Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin, menambahkan bahwa rebranding harus disertai langkah konkret untuk meningkatkan kualitas dan reputasi PTKIN.
“Rebranding tidak boleh hanya menjadi label tanpa perubahan nyata di lapangan,” tegasnya.
Selain itu, Dede Rosyada, mantan Direktur Diktis, menyoroti tantangan dalam rebranding PTKIN, terutama dalam bersaing dengan ilmu umum.
“Apapun program studinya, jika dikelola dengan baik, akan menghasilkan lulusan berkualitas. Publikasi adalah kunci untuk meningkatkan kepercayaan publik,” katanya.
Nursyam, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya dan mantan Dirjen Pendidikan Islam, menekankan pentingnya fokus pada sitasi, bukan hanya publikasi.
"Kita terlalu fokus pada publikasi, padahal sitasi lebih penting. Program nasional yang mendukung sitasi harus menjadi prioritas kita," tegasnya.
Forum ini diharapkan menjadi langkah awal rebranding yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas dan citra PTKIN di mata publik.
Rekomendasi dari para peserta akan menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan pengembangan PTKIN oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
#Kemenag
Apa Reaksi Anda?