Al-Qur'an dan Ekonomi: Karakteristik, Keutamaan, dan Urgensi Wirausaha
Ning Intan Diana Fitriyati, saat menyampaikan ceramah bertema wirausaha dalam perspektif Al-Qur’an
Banyumas | Hijaupopuler.id
Dalam acara grand opening Kedai Pelajar Nusantara sekaligus peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) di MWC NU Kedungbanten, Ning Intan Diana Fitriyati, menyampaikan ceramah bertema wirausaha dalam perspektif Al-Qur’an.
Dalam pemaparannya, Ning Intan menghubungkan konsep ekonomi dengan Al-Qur'an, yang secara mendalam menunjukkan relevansinya terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk wirausaha.
Karakteristik Ekonomi dalam Surat Makkiyah dan Madaniyah
Ning Intan menjelaskan bahwa Al-Qur'an memiliki dua karakteristik ekonomi yang tercermin dalam pembagian surat Makkiyah dan Madaniyah.
Surat Makkiyah, sesuai dengan konteks sosial masyarakat Mekkah, lebih banyak membahas ekonomi dalam bentuk perdagangan.
Sebagai kota yang menjadi pusat perdagangan, masyarakat Mekkah terbiasa dengan aktivitas dagang, termasuk ekspor-impor, sebagaimana disinggung dalam QS. Quraisy.
“Tradisi perdagangan begitu kuat melekat pada masyarakat Mekkah bahkan sebelum masa kenabian Muhammad SAW. Dalam QS. Quraisy, disebutkan bahwa orang-orang Mekkah telah menjadikan perdagangan sebagai bagian integral dari kehidupan mereka,” jelas Ning Intan.
Sebaliknya, surat-surat Madaniyah, yang diturunkan di Madinah, lebih banyak berbicara tentang ekonomi berbasis pertanian. Hal ini mencerminkan karakter masyarakat Madinah yang sebagian besar adalah petani.
Perbedaan ini menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur'an selalu sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat tempat ayat tersebut diturunkan.
Semangat Kejujuran dalam Berbisnis
Ning Intan melanjutkan bahwa surat Makkiyah banyak menggarisbawahi pentingnya kejujuran dalam berbisnis.
QS. Al-Mutaffifin secara tegas menyoroti perilaku pedagang yang curang, sementara QS. At-Takatsur mengingatkan tentang sikap tamak dan pamer kekayaan yang kerap muncul di kalangan pedagang.
“Pedagang pada masa itu memiliki kecenderungan untuk tamak dan memamerkan kekayaan mereka. Hal ini diingatkan oleh Al-Qur'an agar mereka tetap jujur dan adil dalam berbisnis. Perilaku ini, sayangnya, masih relevan hingga sekarang,” ujar Ning Intan.
Pertanian dan Investasi dalam Ayat Madaniyah
Ayat-ayat Madaniyah, menurut Ning Intan, tidak hanya membahas pertanian, tetapi juga memberikan panduan terkait investasi.
Al-Qur’an memberikan keseimbangan antara perdagangan dan pertanian, menegaskan bahwa keduanya memiliki peran penting dalam membangun ekonomi umat.
“Dalam Al-Qur’an, baik perdagangan maupun pertanian diberikan porsi yang indah. Ini adalah wujud kesempurnaan Islam dalam memberikan pedoman ekonomi yang adil dan berkeadilan,” imbuhnya.
Berwirausaha Sebagai Jalan Menuju Kesempurnaan Spiritual dan Material
Ning Intan juga menekankan bahwa wirausaha dalam perspektif Al-Qur'an berkaitan erat dengan usaha, risiko, kejujuran, dan keadilan. QS. Al-Mulk ayat 15, misalnya, mengingatkan bahwa bekerja adalah salah satu sebab pokok untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan material.
“Dalam wirausaha, terdapat keterkaitan erat antara usaha manusia dan perintah Allah SWT. Bekerja keras untuk mencari rezeki halal tidak hanya memenuhi kebutuhan dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju ridha-Nya,” ungkapnya.
Urgensi Relasi Manusia dan Tuhan dalam Wirausaha
Ning Intan menyoroti bahwa wirausaha sering kali hanya dilihat dari aspek material, sehingga mengabaikan dimensi spiritual. Padahal, keseimbangan antara keduanya menjadi inti dari ajaran Islam.
Kejujuran dan keadilan dalam berwirausaha, lanjutnya, adalah wujud nyata dari ketakwaan kepada Allah SWT.
Keutamaan Berwirausaha dalam Perspektif Al-Qur'an
Ning Intan membagi keutamaan berwirausaha dalam tiga poin utama:
1. Ketaatan Kepada Tuhan Semakin Solid
QS. Al-Nur ayat 52 menjelaskan bahwa ketaatan kepada Allah SWT menjadi pilar penting dalam berwirausaha. Relasi manusia dengan Tuhan tidak hanya bersifat rasional, tetapi juga ruhaniyah. Wirausaha bukan sekadar aktivitas bisnis, melainkan juga bentuk kepatuhan kepada Allah melalui prinsip kejujuran dan keadilan.
2. Kesadaran Bersosialisasi Menjadi Intens
QS. An-Nisa ayat 29 menekankan pentingnya solidaritas sosial dalam berwirausaha. Aktivitas bisnis bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga menjadi sarana empati dan kontribusi bagi kemaslahatan umat.
3. Mandiri Memenuhi Kebutuhan Diri Sendiri
QS. An-Najm ayat 39 mengajarkan bahwa setiap manusia akan mendapatkan hasil dari usahanya sendiri. Wirausaha adalah cara untuk mandiri, sekaligus menjadi jalan untuk berkontribusi pada masyarakat melalui kerja keras dan keadilan.
Pesan untuk Generasi Muda NU
Di akhir ceramahnya, Ning Intan mengajak generasi muda NU, khususnya IPNU dan IPPNU, untuk menjadikan wirausaha sebagai bagian dari tiga pilar utama dakwah, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ia berharap, usaha seperti Kedai Pelajar Nusantara ini menjadi cikal bakal pertumbuhan ekonomi yang kokoh di kalangan pelajar NU.
“IPNU harus memperkuat bisnis sebagai bagian dari dakwah. Semoga kita bisa menjadi the potential giant in economic—giant kecil yang mampu memberikan dampak besar. Semoga ini menjadi langkah awal tumbuhnya ekonomi umat,” pungkas Ning Intan.
Apa Reaksi Anda?