"Pabbere Sikku" Memberi Tapi Tak Ikhlas
Opini | hijaupopuler.id
Pernahkah Anda diberikan sesuatu oleh orang lain, lalu orang tersebut meminta untuk dikembalikan lagi kepadanya? Atau Anda dibantu oleh seseorang disertai ungkapan yang menyakiti hati, seperti umpatan, gerutu, diungkit-ungkit, dan lain sebagainya? Jika ya, berarti Anda mendapatkan perilaku sosial Pabbere Sikku dari yang bersangkutan.
Istilah pabbere sikku dalam tradisi masyarakat Bugis, merupakan kondisi dimana memberi sesuatu lalu mengambilnya kembali. Dalam suku Bugis Bone biasa disebut pabbere bere sikku.
Pabbere berarti pemberian, sikku berarti siku. Pada beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, perilaku ini kadang dianggap sebagai aib dan sikap yang kurang baik, bahkan dapat menjadi sesuatu yang sangat memalukan bagi mereka yang masih memperhatikan siri’ (harga diri).
Bagi penulis, istilah ini sudah sejak lama didengar, dari sejak kecil. Dulu, kadang orang tua menasehati anak-anaknya agar jangan bersikap seperti itu.
Misalnya saat berbagi makanan kepada teman kecil, lalu memintanya kembali dengan alasan tertentu, contohnya karena berantem, diejek, atau karena tidak mengikuti apa yang dimaui.
Hingga sekarang penulis khawatir jika misal tanpa sadar berperilaku seperi itu, lalu dilabeli orang dengan predikat pabbere sikku. Dalam tinjauan budaya, itu perilaku yang cukup memalukan.
Mungkin kita dalam situasi tertentu bisa saja menjadi pabbere sikku dalam banyak kejadian sehari-hari.
Ada kisah nyata yang dialami kenalan perempuanku sebut saja namanya Astrid.
Ia menjalin hubungan dengan seorang pria sebagai pasangan kekasih.
Dalam perjalanan asmaranya, Astrid mendapat banyak sekali hadiah dari pria tersebut, seperti kendaraan dan perhiasan.
Singkat cerita hubungan mereka kandas. Tebak yang terjadi? Si pria meminta kembali semua yang pernah ia berikan.
Dapat dibayangkan betapa repotnya kondisi seperti ini. Barang-barang yang sudah kita anggap milik sendiri karena diberi oleh orang lain, justru harus dikembalikan karena si pemberi memintanya kembali.
Perilaku pabbere sikku dalam pandangan Islam, mungkin dapat dikonotasikan sebagai sikap memberi tapi tak ikhlas.
Perbuatan ini tentu saja juga kurang baik. Dapat dilihat seperti disinggung dalam QS Al-Baqarah ayat 264 atau seperti sabda Nabi saw dalam riwayat Muslim “Tidak ada kebaikan dalam sedekah yang diberikan dengan tidak ikhlas.”
Penulis dapat merasakan betul bagaimana dongkolnya hati ketika mendapat perlakuan seperti itu. Dan bila sudah mampu merasakannya, ada baiknya kita jangan sampai memperlakukan orang lain seperti itu.
Sebab menurut syair lagu dari penyanyi dangdut Cita Citata; ‘Sakitnya tuh di sini.’ Diperlukan refleksi diri dan tekad yang kuat untuk tidak melakukannya.
Berhentilah mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah kita lakukan kepada orang lain, sebab dalam pandangan agama, kebaikan tersebut bisa menjadi sia-sia.
Atau sudahilah merasa diri paling berjasa dalam di lingkungan kerja, organisasi, keluarga atau bisnis. Jasa yang Anda klaim tersebut bisa menjadi tidak berarti, sebab di sana juga ada jerih payah atau campur tangan orang lain meski dalam porsi yang berbeda dengan apa yang Anda lakukan.
Ingat, Anda bukan satu-satunya orang yang paling berjasa.
Ikhlaskan apa yang sudah Anda berikan kepada orang lain, jangan memintanya atau mengambilnya kembali, jangan menjadi pabbere sikku.
Hindari ungkapan yang dapat menyinggung atau menyakiti hati orang lain. Jangan sampai kita tergolong kalangan yang disinggung di dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 263,
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”
Oleh : Reski Azis
Apa Reaksi Anda?