Bachtiar Adnan Kusuma: Pertahankan Budaya Menulis di Kampus!

Bachtiar Adnan Kusuma: Pertahankan Budaya Menulis di Kampus!

Dalam sebuah acara diskusi bertajuk "Ngopi Sewarung: Mengulas Proses Kreatif Penulis" yang digelar pada Sabtu, 29 Juni 2024, di Gedung Tangerang Selatan City Gallery.

Pendidikan | Hijaupopuler.id

Di tengah derasnya arus digitalisasi, Bachtiar Adnan Kusuma, tokoh literasi terkemuka, kembali menegaskan pentingnya budaya menulis di kalangan mahasiswa. 

Menurutnya, penulisan skripsi di akhir masa pendidikan akademik adalah salah satu pilar utama yang harus tetap dipertahankan. Dalam sebuah acara diskusi bertajuk "Ngopi Sewarung: Mengulas Proses Kreatif Penulis" yang digelar pada Sabtu, 29 Juni 2024, di Gedung Tangerang Selatan City Gallery, Bachtiar mengajak Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, untuk tidak menghapus kewajiban penulisan skripsi bagi mahasiswa.

"Menulis, membaca, dan berhitung adalah amanah UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketiga pilar dasar ini merupakan fondasi pendidikan yang kuat, di mana menulis juga berperan dalam pembentukan karakter dan penghargaan terhadap institusi akademik," ujar Bachtiar dalam diskusi yang dihadiri oleh budayawan, seniman, pegiat literasi, dan anggota Ormas Pemuda Tangsel.

Bachtiar menegaskan perlunya kebijakan dan regulasi yang mendukung penguatan budaya menulis dan membaca. "Jika para gubernur, bupati, dan walikota memiliki keberpihakan terhadap budaya ini, daerah yang mereka pimpin pasti akan berkembang pesat dalam hal literasi," tambahnya.

Dalam diskusi tersebut, Bachtiar juga mengajak para seniman, budayawan, dan pegiat literasi untuk berkolaborasi melahirkan gagasan-gagasan kuat yang dapat diberikan kepada calon gubernur, walikota, dan bupati untuk diterapkan jika mereka terpilih. "Beri dukungan kepada calon yang berkomitmen memajukan budaya membaca dan menulis," lanjutnya.

Sebagai contoh, Bachtiar menyoroti pasangan Bupati Maros, Chaidir Syam dan Suhartina Bohari, yang dalam Pilkada 2020 lalu mengusung dan merealisasikan program-program untuk mendukung budaya membaca dan menulis. "Kedua tokoh ini menjadi contoh bagaimana pemimpin daerah bisa memajukan budaya literasi dengan kebijakan yang konkret," jelasnya.

Sepakat dengan Bachtiar, tokoh budayawan dan penulis Tangerang Selatan, Uten Sutendy, menegaskan pentingnya memilih pemimpin daerah yang memiliki visi dan misi kuat terhadap literasi dan pendidikan budaya. "Pemimpin yang baik harus mampu membangun sumber daya manusia, bukan hanya infrastruktur fisik," tegas Uten.

Dialog yang dipandu oleh Hilmi Pabeta ini, yang juga dihadiri oleh Suparman, melahirkan berbagai pemikiran besar untuk kemajuan literasi dan budaya menulis di Indonesia.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow