Pengendalian Diri Bagian dari Esensi Beragama

Pengendalian Diri Bagian dari Esensi Beragama

Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk secara sadar mengontrol dirinya agar dapat berperilaku dengan cara yang tidak merugikan orang lain.

Perspektif | Hijaupopuler.id

“Tujuan tertinggi dari beragama adalah mengendalikan diri sendiri, bukan mengendalikan orang lain,” Jalaluddin Rumi.

Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk secara sadar mengontrol dirinya agar dapat berperilaku dengan cara yang tidak merugikan orang lain, sesuai dengan norma sosial, dan diterima oleh lingkungan sekitarnya. Ini juga merupakan kemampuan untuk membedakan antara tindakan yang baik dan yang tidak pantas dilakukan.

Dalam pandangan banyak orang, agama sering kali dianggap sebagai alat untuk mengatur dan memengaruhi tindakan orang lain. Namun, Jalaluddin Rumi, seorang sufi agung, menawarkan perspektif yang lebih mendalam mengenai esensi sejati dari beragama.

Ungkapan Rumi tersebut di atas mengajak kita untuk merenung bahwa inti dari praktik keberagamaan bukanlah untuk mengatur atau menilai tindakan orang lain, melainkan untuk membentuk dan memperbaiki diri sendiri. Hal ini selaras dengan ajaran al-Qur’an dan Hadis yang menekankan pentingnya introspeksi dan pengendalian diri. 

Dalam al-Qur’an, Allah Swt berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, karena boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok).” (QS. al-Hujurat: 11). 

Ayat ini menginspirasikan bahwa fokus utama yang harus dilakukan adalah usaha dan perbaikan diri, bukan pada urusan orang lain. Berusaha memperbaiki kekurangan sendiri, bukan selalu memata-matai aib orang lain.

Rasulullah saw bersabda: 

“Seseorang di antara kalian melihat kotoran kecil di mata saudaranya, namun dia lupa akan kotoran besar di matanya sendiri.” (HR. al-Tirmizi)

Dalam Hadis lain, Rasulullah saw bersabda:

 “Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Hadis tersebut menegaskan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk mengontrol emosi dan tindakan sendiri, bukan pada kekuatan untuk mengatur orang lain.

Menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari dapat membawa perubahan yang signifikan. Ketika fokus pada pengendalian diri, kita tidak hanya mengembangkan kualitas pribadi yang lebih baik, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi lingkungan di sekitar kita. Dengan meningkatkan kualitas diri, kita secara otomatis akan menjadi contoh yang lebih baik dan menginspirasi orang lain melalui tindakan (da’wah bil hal).

Akhirnya, mari mengingat bahwa beragama bukan hanya tentang kepatuhan ritual atau upacara formalitas, tetapi lebih pada bagaimana membentuk karakter dan mengendalikan diri. Dengan demikian, kita bisa lebih memahami dan menghayati hakikat ajaran agama yang sesungguhnya.

Rukman Abdul Rahman Said

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow