Refleksi 65 Tahun PMII : Organ Vital Bangsa dalam Ketidakpastian dan Instabilisasi Global

PMII harus terus mampu melahirkan ide dan gagasan relevan agar tetap berkontribusi dalam mengawal proses perkembangan bangsa.
Opini | hijaupopuler.id
Embrio lahirnya PMII dimulai pada hiruk pikuk konstalasi negara yang berada dalam pusaran penetrasi kepentingan bangsa asing dan dinamika mahasiswa kisaran tahun 1950 hingga 1960 yang kompleks meliputi carut marut pemerintahan, situasi politik dan arus perkembangan mahasiswa, sehingga melahirkan sebuah wadah eskalasi pergerakan mahasiswa nahdliyin yang disebut PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) tepatnya tanggal 17 April 1960.
Selintas refleksi terhadap sejarah yang dapat menggambarkan bagaimana peran PMII dalam merumuskan core value-nya, relasi, peran dan haluannya, hingga proses penentuan arah pergerakan PMII dalam menyikapi polemik kebangsaan.
Mulai dari fase transisi orde lama ke orde baru, yang hemat saya anggap sangat krusial, penuh dengan polarisasi dan hegemoni geopolitik global.
Di era awal reformasi hingga di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang penuh dengan kecamuk dan sengkarut ketidakpastian atas kesejahteraan masyarakat yang berimbas pada ancaman demokratisasi, agar tetap kontributif dan tak mengkristal, PMII harus mampu melakukan positioning yang tepat untuk menepis potensial instabilitas yang mengancam segala aspek dalam kehidupan masyarakat.
Tentu hal ini harus diimbangi dengan keselarasan dan adaptivitas internal kader PMII yang mampu menerawang dan membaca polemik potensial ke depannya, agar tak terjebak dalam perubahan yang berada dalam alam ide saja, tetapi mampu mengubah role sesuai dengan perkembangan zaman.
PMII dalam labirin kehidupan berbangsa
Secara organisatoris mengutip dari situs resmi pmii.id, hari ini PMII memiliki 25 PKC (Pengurus Koordinator Cabang) yang berkedudukan di tingkat Provinsi, 231 PC (Pengurus Cabang) berkedudukan di tingkat Kabupaten/Kota, 1.664 PK (Pengurus Komisariat) berkedudukan di Perguruan Tinggi Swasta/Negeri, serta 5.115 PR (Pengurus Rayon) di tingkat Fakultas Perguruan Tinggi.
Dari sini tentu ada pertanyaan kritis atas perkembangan ini yang terletak pada proses penataan internal dan pengawalan sistem kaderisasi yang relevan efektif terhadap laju perkembangan generasi, bangsa dan cengkraman global yang sangat hegemonik, hingga dapat mengubah culture bermasyarakat.
Hiruk pikuk perkembangan hari ini yang agaknya berada dalam fase ketidakpastian dan keburaman dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah yang berimplikasi pada terkikisnya partisipasi masyarakat.
Terlebih lagi dalam proses penerapan kebijakan yang penulis anggap telah banyak keluar dari realitas kebutuhan masyarakat, telah mengharuskan mau tidak mau dan yakin atau tidak, PMII harus adaptif dan mampu mengambil keputusan transformasi paradigma untuk melakukan perubahan sosial yang mampu menjawab segala keresahan masyarakat, dan menyaratkan guide model kepemimpinan dan manajemen organisasi yang modern dan cepat tanggap dengan situasi perkembangan hari ini.
Di hari jelang lahirnya PMII yang ke-65 tahun ini, usia yang sudah tidak lagi muda, namun harus tetap mempertahankan nafas dan basis pergerakannya, PMII harus mampu menjawab segelintir permasalahan besar di negara ini, bagaimana PMII dalam sistem kaderisasinya harus mampu adaptif berpikir dan bergerak terhadap laju perkembangan zaman, tanpa meninggalkan nilai luhuritas PMII.
Selain itu, PMII harus mengambil peran sebagai ruang konsolidir kekuatan generasi muda yang dimulai pada ranah lokal, nasional dan internasional. Sebagaimana dahulu keterlibatan PMII dalam gerakan internasional yang dilakukan pada tahun 1960-1970, dengan menghadiri pertemuan pemuda di Moskow, dimana konsolidasi internasional itu berkaitan dengan upaya membangun kaukus generasi muda internasional yang fokus pada perjuangan serta pergerakan keadilan, kemanusiaan dan perdamaian antar negara.
Hal ini menjadi medan refleksi besar, bagaimana di era ini, PMII harus terus mampu melahirkan ide dan gagasan yang relevan agar tetap berkontribusi dalam mengawal proses perkembangan bangsa.
Terlebih lagi dalam proses perubahan watak dan cara hidup masyarakat yang serba modern dan digital, dewasa ini mengharuskan PMII mampu membaca lebih dalam lagi pergeseran budaya serap digital dalam masyarakat, agar terus mampu melahirkan lipatan perubahan sosial yang konstruktif, agar tetap berada pada rel kemanusiaan dan keadilan.
Tentunya, harapan kami dari PC PMII Kota Palopo, pada Hari Lahir (Harlah) yang ke-65 tahun ini, dengan tema 'Generasi hebat, penggerak perubahan,' PMII harus betul-betul mampu menjadi wadah konsolidator pemimpin-pemimpin hebat, yang yakin pada kemampuan intelektualitasnya untuk menyusun sistem kaderisasi yang relevan, modul yang sesuai, kemudian mengembangkannya dalam proses aktualisasi diri kader, dan melanjutkan perjuangan pada akar rumput atau grassroot.
Selain itu, pengawalan laju perkembangan kesejahteraan masyarakat yang saat ini berada dalam bayang-bayang kebijakan kontroversial, hingga harapan kita bersama bahwa kader PMII penggerak perubahan dapat dimanifestasikan dalam bentuk yang betul-betul nyata.
Muh Qayyum | Sekum PC PMII Kota Palopo, Mahasiswa Unanda Palopo
Apa Reaksi Anda?






