Fitnah Dunia, Ketika Cinta Duniawi Mengaburkan Nilai Islam

Fitnah Dunia, Ketika Cinta Duniawi Mengaburkan Nilai Islam

Islam yang seharusnya membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semua, justru dijadikan alat untuk memecah belah dan menyebarkan kebencian. Sumber ilustrasi : jaringansantri.com

Perspektif | hijaupopuler.id

Banyak ayat Alquran dan hadis Nabi saw yang mengingatkan kita akan bahaya cinta dunia. Allah swt berfirman, "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64).

Dalam kehidupan modern, terutama di perkotaan, banyak orang terjerumus dalam jerat duniawi. Mereka berlomba-lomba mengejar kekayaan, status dan kemewahan. Bahkan sering kali tanpa memedulikan halal atau haramnya rezeki yang mereka dapatkan.

Lihatlah kehidupan orang-orang kota yang sibuk dengan urusan dunia. Banyak di antara mereka yang menghidupi keluarga dengan rezeki yang kurang baik, bahkan dari praktik-praktik tidak halal.

Mereka mungkin sadar akan hal itu, tetapi keserakahan dan keinginan untuk terus menumpuk harta membuat mereka mengabaikan suara hati nurani. Hati mereka risau, namun alih-alih bertaubat, mereka justru mencari pelarian dengan cara yang keliru.

Salah satu bentuk pelarian itu adalah dengan berusaha 'mengislamkan' anak-anak mereka. Mereka mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah Islam terpadu yang modern atau pesantren-pesantren salafi yang mengklaim diri sebagai penjaga ajaran Islam.

Namun ironisnya, banyak dari lembaga pendidikan ini justru mengajarkan kebencian terhadap mereka yang berbeda paham atau keyakinan. Alih-alih mencetak generasi yang rahmatan lil 'alamin, anak-anak itu justru tumbuh menjadi tukang caci dan pembenci.

Coba tengok keluarga kelas menengah kota yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah mahal dan eksklusif. Di balik simbol-simbol keislaman yang mereka kenakan, hampir tidak ada nilai-nilai Islami yang tertanam dalam diri mereka.

Kelembutan hati dan akhlak mulia, yang seharusnya menjadi inti dari ajaran Islam, justru absen dari kehidupan sehari-hari mereka. Yang ada hanyalah kesombongan dan keangkuhan karena merasa lebih 'islami' daripada orang lain.

Lebih parahnya lagi, sebagian dari mereka mendonasikan uangnya kepada lembaga-lembaga yang berkedok kemanusiaan, tetapi sebenarnya memiliki agenda terselubung, termasuk mendukung ekstrimisme.

Tanpa disadari, anak-anak mereka sedang dipersiapkan menjadi 'pasukan' pembenci kehidupan. Mereka diajarkan untuk memandang dunia dengan kacamata hitam-putih, menganggap orang lain sebagai musuh, dan menolak segala bentuk perbedaan.

Jika hal ini terus berlanjut, jumlah mereka akan semakin banyak. Islam, yang seharusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam, justru akan berubah seperti buih di lautan: banyak tetapi tidak bermakna. Mereka yang mengaku sebagai pembela agama justru sedang menjauhkan Islam dari esensinya yang penuh kasih sayang dan toleransi.

Mereka sebenarnya sedang berjalan menuju kejahiliyahan modern, sebuah era baru yang tidak hanya melalaikan manusia dari agama, tetapi juga mengasingkan agama itu sendiri dari ajarannya yang luhur. Islam yang seharusnya membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semua, justru dijadikan alat untuk memecah belah dan menyebarkan kebencian.

Maka sudah saatnya kita kembali merenungkan hakikat kehidupan dunia. Dunia hanyalah sementara, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang abadi. Jangan sampai kita terlena oleh gemerlap dunia hingga melupakan nilai-nilai Islam yang sejati.

Mari kita didik diri dan keluarga kita dengan ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam, yakni mengajarkan cinta, kasih sayang dan toleransi, bukan kebencian dan permusuhan. Hanya dengan begitu, kita bisa terhindar dari fitnah dunia yang menghancurkan.

Intan Diana Fitriyati MAg
Dewan Pengasuh Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah Walisampang, Pekalongan, Jawa Tengah.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow