Hidup Hambar Tanpa Canda
Ilustrasi AI Hijaupopuler.id, Dian2023
Rasulullah Saw suka bercanda. Banyak sekali riwayat tentang candaannya. Beliau suka melihat orang bercanda dan ikut terlibat di dalamnya.
Suatu hari Saudah ra datang berkunjung ke rumah Aisyah ra. Ada Rasulullah Saw bersama mereka berdua. Aisyah lalu membuat bubur roti daging. Setelah selesai, Aisyah mengajak Saudah makan. Yang diajak tidak mau.
"Kamu mau makan atau aku lumurkan bubur ini di mukamu?" Saudah bergeming. Aisyah benar-benar melumurkan sedikit bubur di mukanya. Rasulullah tertawa melihat kejadian ini.
Beliau datang mendekat seakan-akan "mengikat" Aisyah seraya berkata kepada Saudah, "lumurilah wajahnya". Saudah mengambil sedikit bubur dari mangkuk lalu melumurkannya ke wajah Aisyah. Untuk kedua kalinya Rasulullah tertawa.
Beliau sering mencandai semua kalangan. Dari anak kecil, remaja, dewasa sampai orang tua. Seorang nenek datang kepada Rasulullah minta didoakan masuk surga. Nabi menjawab singkat bahwa surga tidak akan dimasuki oleh seorang nenek.
Sambil menangis, nenek itu pergi. Beliau lalu memerintahkan untuk memberitahukan bahwa dia akan memasuki surga bukan dalam keadaan nenek-nenek.
Kelak di surga, perempuan akan menjadi gadis-gadis. Hidup hambar tanpa canda. Begitulah Rasulullah menjadi teladan, melalui hidup dengan berbagai candaan.
Sebagai umatnya, perlu dilihat sikap beliau ketika bercanda. Beliau tidak pernah bersikap dan berkata kasar. Tidak semua candaan itu baik dan menyenangkan. Hindari candaan yang merusak hubungan.
Beliau juga sering dicandai. Hal ini bisa dijadikan teguran bersama. Sebab, ada yang tidak suka dicandai tetapi suka mencandai orang lain.
Suatu ketika ada laki-laki memberikan hadiah kepada beliau berupa sepotong mentega dan madu. Ternyata belum dibayar. Ketika datang pemiliknya, dia berkata, "Wahai Rasulullah, bayarlah makanan itu".
Beliau heran kepada orang yang telah menghadiahkan. "Bukankah kamu telah menghadiahkan?" Laki-laki itu sangat ingin jika hadiahnya dimakan oleh Nabi.
Mengetahui hal itu, beliau tertawa. Setelahnya, pemilik makanan dibayar. Beliau sama sekali tidak marah. Nabi tidak berlebihan bercanda kepada orang lain. Candaan orang lain pun kepadanya tidak direspon dengan reaksi negatif. Beliau menyikapi dengan positif.
Penulis: Mustafa, S.Pd.I., M.Pd.I
Apa Reaksi Anda?