Serial Jumat (Edisi 16) : Tauhid dalam Kehidupan Nyata dan Overthinking
Tauhid itu seperti jangkar, ia menahan hati agar tidak terombang-ambing oleh badai pikiran. Ilustrasi/foto : osc.medcom.id dan penulis.
Islami | hijaupopuler.id
Allah Tempat Bergantung Terbaik
Kita hidup di zaman yang penuh tekanan. Banyak orang tampak baik-baik saja di luar, tapi di dalam pikirannya sedang berperang. Setiap hari diserbu kecemasan: soal masa depan, keluarga, rezeki, karier, jodoh, hingga tentang diri sendiri. Kita sering terlalu lama terjebak dalam pikiran yang berputar-putar tanpa arah—overthinking.
Dalam situasi seperti itu, tauhid bukan sekadar konsep teologis, tapi penopang mental dan spiritual. Tauhid adalah meyakini bahwa hanya Allah swt satu-satunya tempat bergantung yang sejati. Saat kita resah dan bingung, tauhid mengarahkan kita untuk tidak menggantungkan harapan kepada hal-hal rapuh—seperti opini manusia, angka-angka finansial, atau prediksi masa depan.
Allah swt berfirman,
"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirāḥ: 8)
Kata kuncinya adalah “hanya kepada Allah.” Karena yang membuat kita semakin gelisah adalah saat kita menggantungkan terlalu banyak hal pada orang atau hal selain Allah swt. Kita berharap semua orang memahami kita, semua rencana berjalan mulus, semua masalah cepat selesai. Tapi dunia tidak selalu memberi yang kita harapkan.
Tauhid mengajarkan kepada kita bahwa bersandar penuh hanya kepada Allah swt. Dia yang mengatur takdir, memberi jalan, dan menyembuhkan hati.
Iman sebagai Penenang Hati
Orang yang bertauhid kuat, bukan berarti tak punya masalah. Tapi hati mereka lebih tenang dalam menghadapi masalah. Mereka tahu, ada Allah yang Maha Tahu dan Maha Peduli.
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)
Overthinking sering terjadi karena kita terlalu ingin mengendalikan hal-hal yang sebenarnya di luar kendali kita. Padahal, iman itu membebaskan. Ia mengajarkan bahwa kita hanya diminta berusaha sebaik-baiknya, bukan mengatur hasilnya. Allah-lah yang mengatur.
Bayangkan seseorang yang sedang naik kapal. Jika ia duduk tenang dan percaya pada nahkoda, maka ia bisa menikmati perjalanan, walau badai datang. Tapi kalau ia terus ingin mengendalikan kapal, ia hanya akan lelah sendiri. Begitulah iman bekerja—ia menenangkan.
Tauhid Mengajarkan Fokus pada Kontrol Diri, Bukan Kontrol Dunia
Overthinking sering bersumber dari kebiasaan memikirkan terlalu banyak hal yang tidak bisa kita ubah. Misalnya, “Bagaimana kalau aku gagal?” “Gimana kalau mereka salah paham?” “Kenapa masa laluku seperti ini?” atau “Kapan hidupku bisa berubah?”
Tauhid mengingatkan, urusan kita adalah berusaha dan bertawakal. Hasilnya serahkan kepada Allah. Kita tidak dituntut untuk sempurna, tapi untuk berjuang dengan ikhlas.
"Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya." (QS. At-Ṭalāq: 3)
Kalimat ini sederhana, tapi dalam; "Cukuplah Allah baginya." Jika Allah swt cukup, maka kegelisahan pun bisa reda. Tauhid mengajari kita untuk kembali ke titik tenang; Allah selalu ada. Ia tidak tidur. Ia tahu isi hati kita.
Kiat Praktis: Menenangkan Pikiran lewat Tauhid
Berikut beberapa langkah ringan untuk menghadirkan tauhid saat pikiran kacau.
Ucapkan kalimat tauhid perlahan: "La ilaha illa Allah"–Tidak ada Tuhan selain Allah. Ulangi, dan resapi: “Tidak ada yang perlu aku takutkan selain Allah. Tidak ada yang lebih besar dari-Nya.”
Tundukkan hati dalam doa: Saat overthinking, jangan diam saja. Doa adalah bentuk aktif dari pasrah. Katakan: "Ya Allah, aku tak mampu mengendalikan semua ini. Tapi aku yakin Engkau mampu."
Bacalah Alquran atau zikir sebagai penyejuk: Cukup 10 menit membacanya bisa menenangkan badai pikiran. Tauhid bukan sekadar konsep, tapi juga amalan yang menyehatkan jiwa.
Tulis di jurnal: mana yang bisa dikontrol, mana yang harus diserahkan pada Allah swt. Pisahkan antara tugas kita dan takdir-Nya. Itu akan meringankan isi kepala.
Bersama Allah, Hati Lebih Ringan
Tauhid bukan hanya untuk saat kajian, tapi untuk saat hidup terasa berat. Saat kamu overthinking, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian, kamu tidak harus kuat sendiri, dan Allah swt adalah tempat bergantung terbaik.
Refleksi
Tauhid itu seperti jangkar, ia menahan hati agar tidak terombang-ambing oleh badai pikiran. Ia meneguhkan jiwa, bahwa meski semua orang tidak mengerti kamu, Allah swt selalu tahu dan peduli.
Dan ketika kamu mulai merasa semua terlalu rumit, peluklah kalimat ini,
"Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Kepada-Nya aku bertawakal." (QS. At-Taubah: 129)
Dr H Rukman AR Said Lc MThI | Dosen, Ketua LP2M UIN Palopo dan Sekretaris Umum MUI Kota Palopo
Untuk membaca kembali edisi sebelumnya (ke-15) dari Serial Jumat ini, silahkan klik tautan berikut:
https://hijaupopuler.id/serial-jumat-edisi-15-tauhid-sebagai-jalan-hidup
Apa Reaksi Anda?
