Serial Jumat (Edisi 6) : Apakah Allah Marah Kalau Kita Berdosa?

Serial Jumat (Edisi 6) : Apakah Allah Marah Kalau Kita Berdosa?
Serial Jumat (Edisi 6) : Apakah Allah Marah Kalau Kita Berdosa?

Jangan pernah menyangka bahwa dosa kita lebih besar dari rahmat-Nya. Tapi juga jangan merasa tenang hingga lupa bahwa azab-Nya nyata.

Islami | hijaupopuler.id

Antara Rahmat dan Azab: Memahami Kasih Sayang Allah

Pertanyaan ini sering muncul dalam hati yang sedang gelisah; “Kalau aku berdosa, apakah Allah marah padaku? Apakah aku masih bisa kembali?”

Jawabannya adalah; Allah Maha Penyayang. Tapi kasih sayang-Nya tidak sama dengan permisif. Dia tidak marah karena kita jatuh, tapi karena kita enggan untuk bangkit.

Allah swt berfirman,

“Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat ini adalah salah satu ayat paling menyejukkan dalam al-Qur'an. Allah swt tidak mengatakan; “Wahai orang-orang saleh.” Tapi justru; “Wahai hamba-Ku yang melampaui batas.”

Ini menunjukkan bahwa Allah swt sangat ingin kita kembali. Dia tidak sedang menunggu kita jatuh untuk kemudian Dia hukum. Dia sedang menanti kita pulang untuk dipeluk rahmat-Nya.

Dalam al-Qur’an, Allah swt menyatakan cinta kepada orang-orang yang bertaubat dan senantiasa membersihkan diri (QS. Al-Baqarah: 222), bukan kepada orang-orang suci yang sama sekali tidak pernah berbuat dosa.

Orang-orang yang bertaubat dan senantiasa membersihkan diri artinya adalah orang-orang yang telah berdosa atau kotor namun senantiasa berusaha memperbaiki dan membersihkan diri dari dosa dan kotoran.

Namun, kasih sayang Allah ini bukan tanpa batas. Rahmat Allah swt adalah pintu, tapi kita harus melangkah masuk. Jangan kita menyangka bahwa Allah swt tak peduli dengan dosa, atau seolah-olah dosa tidak penting.

Allah Maha Memaafkan, Tapi Juga Maha Adil

Sering kita dengar, "Tenang aja, Allah kan Maha Pengampun." Tapi kita lupa, Allah swt juga Maha Adil. Dia mengampuni bagi siapa yang mau bertobat, tapi tidak akan diam terhadap orang yang terus-menerus menantang-Nya.

“Kabarkan kepada hamba-hamba-Ku bahwa Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (QS. Al-Ḥijr: 49–50)

Ayat ini seimbang. Allah swt menyampaikan dua sifat-Nya sekaligus; rahmat dan azab. Seolah Allah swt ingin berkata: “Kembalilah, sebelum Aku menghukum.”

Dalam Islam, konsep keadilan dan kasih sayang berjalan bersama dan beriringan. Seperti orang tua yang mencintai anaknya, tetapi juga mereka tidak akan membiarkan anaknya berbuat salah terus-menerus.

Allah swt tidak murka karena kita berdosa. Tapi Dia murka jika kita menantang-Nya, meremehkan perintah-Nya, atau putus asa dari rahmat-Nya.

Dosa; Luka yang Perlu Diobati, Bukan Ditutupi

Dosa dalam Islam dipandang sebagai luka spiritual. Bukan hanya soal pelanggaran hukum, tapi soal luka dalam hubungan antara hamba dan Tuhannya.

Jika kita berdosa, itu bukan akhir segalanya. Justru itu awal dari proses perbaikan, jika kita mau bertobat.

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertobat.” (HR. Tirmidzi)

Bahkan dalam hadits qudsi, Allah swt berfirman,

“Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit, lalu engkau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni semuanya tanpa peduli.” (HR. Tirmidzi)

Tapi ingat, taubat bukan sekadar minta maaf. Taubat adalah perubahan; menyesal, berhenti, memperbaiki, dan berkomitmen tidak mengulangi.

Bagaimana Tahu Kalau Allah Masih Sayang?

Tanda Allah swt masih sayang pada kita bukan saat hidup kita mudah, tapi saat hati kita masih merasa bersalah dan ingin kembali. Rasa bersalah adalah alarm cinta dari Allah swt. Kalau hati sudah tidak peduli lagi, itu justru tanda paling berbahaya.

“Jika engkau merasa sedih karena berdosa, maka itu adalah tanda bahwa hatimu masih hidup.” (Hasan al-Bashri)

Kisah Inspiratif; Seorang Pembunuh 100 Jiwa

Dalam hadis sahih, disebutkan bahwa ada seorang pria membunuh 99 orang. Lalu ia merasa menyesal, dan bertanya apakah masih bisa tobat. Seorang ahli ibadah mengatakan, "Tidak!" Maka dia membunuh orang itu juga. Total 100 jiwa. Tapi kemudian ia bertemu dengan seorang alim yang berkata; “Tidak ada yang menghalangimu dari taubat.” Lalu ia pun berangkat ke negeri yang saleh, berniat memperbaiki hidup. Di tengah perjalanan, ia meninggal dunia. Apa yang terjadi? Allah swt menerima taubatnya. Karena niat dan usahanya untuk berubah. (HR. Bukhari & Muslim)

Bayangkan, 100 nyawa. Tapi Allah swt ampuni. Selama hati masih mau kembali, pintu rahmat Allah swt tidak pernah tertutup.

Refleksi

Allah swt tidak menciptakan manusia untuk langsung sempurna. Tapi untuk terus kembali.

Dosa bukan alasan putus asa, tapi ajakan untuk pulang.

Semakin kita mengenal rahmat Allah swt, semakin kita malu untuk terus bermaksiat.

Jadi, apakah Allah swt marah kalau kita berdosa? Ya, jika kita terus-terusan melakukannya tanpa peduli. Tidak, jika kita segera sadar dan ingin memperbaiki diri. Karena Allah swt itu Maha Lembut dalam menerima tobat, dan Maha Tegas terhadap kesombongan.

Jangan pernah menyangka bahwa dosa kita lebih besar dari rahmat-Nya. Tapi juga jangan merasa tenang hingga lupa bahwa azab-Nya nyata.

Bertobatlah. Bukan karena kita sudah baik, tapi karena kita ingin menjadi lebih baik.


Dr H Rukman AR Said Lc MThI | Dosen, Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo

Untuk membaca kembali edisi sebelumnya (ke-5) dari Serial Jumat ini, silahkan klik tautan berikut.

https://hijaupopuler.id/serial-jumat-edisi-5-kenapa-allah-gak-kelihatan

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow