Serial Jumat (Edisi 5) : Kenapa Allah Gak Kelihatan?

Serial Jumat (Edisi 5) : Kenapa Allah Gak Kelihatan?
Serial Jumat (Edisi 5) : Kenapa Allah Gak Kelihatan?

Allah swt tidak terlihat bukan karena Ia tidak ada. Tapi karena keberadaan-Nya lebih besar dari penglihatan. Ia bukan objek fisik yang bisa dipotret atau dijangkau oleh mata manusia yang terbatas.

Islami | hijaupopuler.id

Karena melihat bukan satu-satunya cara untuk meyakini keberadaan sesuatu

Iman Tanpa Melihat: Logika dan Hati yang Bekerja

Pertanyaan seperti “Kenapa Allah gak kelihatan?” sering muncul, terutama dari mereka yang mulai belajar berpikir kritis atau sedang mengalami keraguan dalam iman. Ini wajar, dan bukan pertanyaan yang salah. Justru menunjukkan bahwa hati sedang mencari pemahaman yang jujur.

Dalam Islam, iman bukan tentang “melihat langsung,” tapi tentang menyadari dan mengakui bukti yang ada.

Allah swt menciptakan akal dan hati agar manusia mampu membaca tanda-tanda kehadiran-Nya—bukan dengan mata, tapi dengan kesadaran.

Ia berfirman,

“Tidakkah mereka memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah, dan bahwa mungkin telah dekat ajal mereka? Maka dengan hadits (kabar) manakah lagi mereka akan beriman setelah (kabar) itu?” (QS. Al-A‘rāf: 185)

Artinya bahwa Allah swt memang menyuruh kita untuk berpikir, menggunakan nalar dan menyelami ciptaan-Nya sebagai bukti kehadiran dan kebesaran-Nya. Jadi, iman itu rasional, tapi juga spiritual. Ia bersandar pada logika yang jernih dan hati yang bersih.

Analogi Cahaya, Udara dan Cinta

Kadang, untuk memahami konsep "percaya tanpa melihat," kita perlu perumpamaan sederhana, di antara perumpamaan tersebut misalnya;

Cahaya

Coba renungkan; siang hari, kita melihat segalanya karena adanya cahaya matahari. Tapi apakah kita bisa melihat cahaya itu sendiri? Kita hanya bisa merasakan efeknya—segala sesuatu menjadi tampak, hangat, hidup.

Begitulah Allah swt. Kita tidak melihat-Nya, tapi karena-Nya kita melihat segalanya.

Allah swt adalah sumber segala cahaya dan kehidupan.

“Allah adalah cahaya langit dan bumi…” (QS. An-Nūr: 35)

Dialah yang menerangi hati dan akal, membuka tabir kegelapan, dan memberi makna pada setiap kejadian dalam hidup ini. Allah swt adalah sumber segala cahaya, bukan hanya cahaya yang menerangi langit dan bumi, tapi juga cahaya yang menyinari jiwa dan memberi arah dalam kebingungan.

Udara

Kita tidak bisa melihat udara. Tapi kita mampu menghirupnya, merasakannya saat angin berhembus, dan tahu bahwa tanpa udara kita tak bisa hidup dan berbuat apa-apa.

Begitu juga Allah swt. Tak terlihat, tapi kehadiran-Nya mutlak kita butuhkan. Kita hidup karena rahmat-Nya, kita bergerak karena izin-Nya.

Cinta

Apakah kamu bisa melihat cinta? Tidak. Tapi kamu bisa merasakan kehadirannya, dari cara seseorang menatapmu, memperhatikan, cara ia memelukmu, atau bahkan menasihatimu. Cinta tak kasatmata, tapi nyata.

Allah swt pun begitu. Mungkin tak terlihat oleh mata, tapi kehadiran-Nya bisa sangat terasa bagi hati yang peka. Dalam kesendirian dan kesunyian, dalam syukur dan sabar, dalam tangisan malam, dalam keajaiban hidup—Allah swt terasa hadir.

Mengapa Allah Tidak Menampakkan Diri Langsung?

Allah swt memang Mahakuasa dan bisa saja memperlihatkan Diri-Nya, tapi itu bertentangan dengan misi ujian kehidupan. Ia ingin manusia beriman karena kesadaran, bukan karena keterpaksaan oleh penglihatan langsung.

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Kahfi: 7)

Jika semua orang bisa melihat Allah swt secara langsung, tidak akan ada lagi ruang bagi keimanan, karena iman adalah keyakinan tanpa syarat. Iman yang bernilai adalah iman yang lahir dari kebebasan, bukan karena “dipaksa” oleh bukti fisik mutlak.

Dan jangan lupa, bahkan Nabi Musa as pun tidak sanggup melihat Allah swt secara langsung.

“Musa berkata: 'Ya Tuhanku, tampakkanlah (Diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.' Allah berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku...'” (QS. Al-A‘rāf: 143)

Melatih Hati untuk Merasa Dekat Meski Tak Melihat

Iman itu seperti mencium bau harum dari bunga yang jauh: kita tidak melihat bunganya, tapi kita tahu keharumannya nyata. Maka dalam kehidupan sehari-hari, berlatihlah mengenali tanda-tanda (ayat-ayat) Allah swt;

Yakni dalam kejadian hidup yang penuh hikmah. Dalam keindahan ciptaan-Nya. Dalam kesabaran yang tiba-tiba hadir di saat genting. Dalam doa yang perlahan dikabulkan.

Semua itu adalah “jejak” Allah swt yang tidak terlihat oleh mata, tapi bisa dikenali oleh hati yang peka.

Refleksi

Allah swt tidak terlihat bukan karena Ia tidak ada. Tapi karena keberadaan-Nya lebih besar dari penglihatan. Ia bukan objek fisik yang bisa dipotret atau dijangkau oleh mata manusia yang terbatas.

Allah swt juga ingin kita mengenal-Nya melalui hati, melalui ciptaan-Nya, dan melalui kesadaran yang dalam. Dan saat kita benar-benar mengenal-Nya, kita tidak akan lagi membutuhkan bukti visual—karena hati yang penuh iman jauh lebih meyakinkan daripada mata yang penuh keraguan.

Imam Al-Ghazali dalam hal ini berkata,

“Mata yang paling tajam sekalipun tidak akan pernah bisa melihat Allah di dunia. Tapi hati yang bersih, itulah cermin tempat Allah menampakkan Diri-Nya.”


Dr H Rukman AR Said Lc MThI | Dosen, Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo

Untuk membaca kembali edisi sebelumnya (ke-4) dari Serial Jumat ini, silahkan klik tautan berikut.

https://hijaupopuler.id/serial-jumat-edisi-4-mengapa-kita-harus-menyembah-allah-saja

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow