Riset Akademik Jangan Berhenti Di Angka Sitasi, Ia Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat

Riset Akademik Jangan Berhenti Di Angka Sitasi, Ia Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat

...dulu ulama menulis kitab untuk membimbing umat. Sementara akademisi hari ini menulis jurnal untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat. Foto: iStock Photo

Opini | hijaupopuler.id

Prof Dr Hannani MAg, Rektor IAIN Pare-pare, sering mengingatkan: ilmu harus menyeberang dari kampus ke masyarakat. Tidak cukup berhenti di jurnal bereputasi, harus sampai ke tangan mereka yang membutuhkan.

Tapi hari ini, apa yang terjadi? Para dosen sibuk mengejar scopus, sinta, web of science, seperti santri mengejar keberkahan guru. Seminar di sana, konferensi di sini, laporan penelitian dicetak, jurnal bereputasi dikirimi.

Pak Rektor beberapa kali mengutip, kaidah dari Imam Jalaluddin as-Suyuthi:

المتعدي افضل من القاصر

"Amalan yang manfaatnya menjangkau banyak orang lebih utama daripada amalan yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri."

Maka, mari kita bertanya; penelitian di kampus selama ini manfaatnya sampai ke mana? Apakah benar-benar terasa di masyarakat, atau hanya sekadar numpang lewat di borang akreditasi?

Seorang dosen Ekonomi Syariah, misalnya, menulis penelitian brilian tentang wakaf produktif—penuh dalil dan teori canggih. Tapi ironisnya, masjid dekat rumahnya masih bingung mengelola kotak amal.

Dosen Hukum Islam lain membahas moderasi beragama dengan maqashid syariah yang mendalam. Tapi ketika ada diskusi santai di warung kopi tentang "Apakah Islam membolehkan musik?" ia hanya tersenyum dan sibuk menulis jurnal baru.

Di sini masalahnya. Kita tidak sedang meremehkan riset akademik. Scopus dan sinta itu penting—tapi jangan berhenti di angka sitasi.

Bagi Prof Hannani, penelitian bukan hanya tentang impact factor, tapi tentang impact social. Bagaimana penelitian itu berdampak? Apakah ia sampai ke masyarakat? Apakah ia mengubah cara berpikir dan bertindak?

Ulama dahulu menulis kitab untuk membimbing umat. Sementara akademisi hari ini menulis jurnal untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat.

Mungkin sudah saatnya kita mengubah paradigma. Jangan hanya mengejar angka sitasi, tapi pastikan ada 'sitasi kehidupan'—di mana penelitian benar-benar hidup di masyarakat, bukan hanya di dalam PDF dan body note jurnal.

Karena pada akhirnya, ilmu yang terbaik bukan yang paling banyak dikutip, tapi yang paling banyak dirasakan manfaatnya.

Muhammad Haramain | Ketua LP2M IAIN Pare-pare

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow