Gelar Pahlawan Penghapus Sejarah Panjang Yang Kelam

Gelar Pahlawan Penghapus Sejarah Panjang Yang Kelam
Gelar Pahlawan Penghapus Sejarah Panjang Yang Kelam

Beberapa tokoh menaruh kekecewaan atas gelar Pahlawan Nasional yang diterima Soeharto. Ilustrasi/foto : detik.com dan penulis.

Opini | hijaupopuler.id

Tanggal 10 November 2025 lalu Menteri Kebudayaan Republik Indonesia secara resmi mengumumkan beberapa tokoh Nasional menjadi Pahlawan Nasional, yakni KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ⁠Jenderal Besar TNI Soeharto, ⁠Marsina, ⁠Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja, ⁠Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, ⁠Jend TNI Sarwo Edhie Wibowo, ⁠Sultan Muh Salahuddin, ⁠Syaikhona Muh Kholil, ⁠Tuan Rondahaim Saragih dan ⁠Zainal Abidin Syah.

Soeharto Presiden ke-2 Republik Indonesia, yang menerima gelar tersebut oleh berbagai kalangan mendapat perhatian khusus.

Perhatian itu berasal dari beberapa kelompok di Indonesia dengan patokan catatan sejarah yang telah banyak diketahui oleh masyarakat. Beberapa kelompok yang memiliki perhatian terkait hal ini yaitu kalangan NU (Nahdatul Ulama), dan kelompok aktivis 98. 

Sebagian kalangan NU menilai Soeharto tak layak disebut sebagai Pahlawan Nasional dikarenakan adanya catatan sejarah kelam yang melibatkan kalangan NU saat itu.

Dikutip dari podcast Gus Dur di acara TV Kick Andy 2008, Gu Dur mengatakan “Maaf iya, tapi melupakan nanti dulu,” disampaikannya terkait pertanyaan hubungannya dengan Soeharto.

Gus Dur juga menjelaskan saat ditanya siapa di negara ini yang layak di anggap musuh, dengan tegas mengatakan “Pak Harto” meski sudah saling memaafkan tapi beliau untuk melupakan “nanti dulu.”

Penjelasan itu bukan hanya sekedar kelakar, tapi muncul dari peristiwa pahit yang hadir di masa lalu. Luka yang dialami selama rezim Pak Harto selama 32 tahun, membungkam pesantren, menekan politik Islam, dan menakuti yang berani berpikir kritis.

Sementara di kalangan kelompok aktivis 1998, beberapa tokohnya menaruh kekecewaan yang sama atas gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto. Mereka cukup menyayangkannya, menilik peristiwa sejarah yang menimbulkan trauma kepada mereka para aktivis dan mungkin juga para keluarganya. 

Membuka kembali lembaran sejarah yang terjadi di era Soeharto selama 32 tahun, antara lain peristiwa penembakan misterius (Petrus) kurun waktu tahun 1982-1985, lalu peristiwa Tanjung Priok 1984, penghilangan orang secara paksa 1997-1998, tragedi Trisakti 1998, hingga kejahatan korupsi terbesar 15-35 miliar Dolar AS.

Masih banyak lagi yang menjadi catatan kelam kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun pemerintahannya. Menjadi bukti seberapa tidak layaknya dia menjadi Pahlawan Nasional.


Muh Izhar Attar Syach | Ketua PMII Komisariat UIN Alauddin Cabang Gowa

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow