LPM Graffity IAIN Palopo Luncurkan Majalah dan Gelar Workshop, Sorot Isu Pelecehan Seksual
LPM Graffity IAIN Palopo Luncurkan Majalah dan Gelar Workshop
Palopo | hijaupopuler.id
Semangat literasi yang terus menggeliat di kalangan mahasiswa IAIN Palopo, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Graffity mengulang sejarah dari para pendirinya, dengan kembali meluncurkan edisi terbaru majalah mereka sekaligus menggelar workshop bertemakan isu pelecehan seksual, Jumat (27/12).
Acara ini tidak hanya dihadiri oleh para mahasiswa, tetapi juga menggandeng akademisi dan praktisi pers yang ahli di bidangnya, menjadikannya ruang diskusi yang hangat dan mencerahkan.
Bertempat di Aula Mini Gedung Syariah, kegiatan ini dimulai dengan peluncuran majalah terbaru LPM Graffity.
Edisi kali ini menyajikan laporan mendalam mengenai kasus-kasus pelecehan seksual yang masih menjadi momok di tengah masyarakat.
Tak hanya itu, sudut pandang yang disuguhkan turut menyoroti kebijakan dan langkah preventif yang bisa diambil oleh institusi pendidikan, terkhusus bagi lembaga pers kampus.
"Melalui majalah ini, kami ingin mengajak pembaca untuk lebih peka terhadap isu pelecehan seksual dan bersama-sama mencari solusi untuk mencegahnya," ujar Ketua LPM Graffity.
Setelah sesi peluncuran, workshop bertajuk “Mengatasi dan Mencegah Pelecehan Seksual di Lingkungan Akademik” menjadi sorotan utama.
Hadir sebagai pembicara adalah Pembina sekaligus salah satu pendiri LPM Graffity IAIN Palopo, Reski Azis, Ikhwan Ibrahim, seorang praktisi Jurnalis Palopo Pos, koran ternama di Kota Palopo.
Reski Azis dalam kesempatannya, mengapresiasi para pengurus LPM Geraffity atas langkah yang dianggap sangat produktif dalam berkontribusi untuk kemajuan kampus.
"Terimakasih untuk adik-adik LPM Graffity yang masih semangat menghidupkan lembaga dan masih konsisten menjalankan tugas sebagai pers kampus," ucapnya.
Ia juga mengupas tuntas akar masalah pelecehan seksual yang sering terjadi di media massa, mulai dari ketimpangan gender hingga kurangnya edukasi mengenai batasan interpersonal.
Menurutnya, pelecehan seksual dalam konteks ilmu media, sangat berkaitan denga etika jurnalistik dan dapat berimplikasi trhadap aspek hukum.
"Pendidikan adalah langkah awal, tetapi komitmen bersama adalah kunci utamanya. Selain itu, fungsi pengawasan juga mesti terus dilakukan, sebagai bagian dari pencegahan," tegasnya.
Antusiasme peserta terlihat jelas sepanjang acara. Diskusi yang berlangsung interaktif membuka banyak wawasan baru.
Melalui kegiatan ini, LPM Graffity tak hanya menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu sosial, tetapi juga membuktikan peran penting pers mahasiswa sebagai agen perubahan.
Harapannya, acara ini menjadi langkah awal dari gerakan yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan akademik yang aman dan inklusif.
Dengan gema majalah yang baru diluncurkan dan semangat yang berkobar dari workshop ini, LPM Graffity IAIN Palopo sekali lagi membuktikan bahwa pena dan kata-kata memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.
Apa Reaksi Anda?






