Nasihat Rektor dalam Pelepasan Jenazah Keluarga Sivitas Akademika UIN Palopo

Nasihat Rektor dalam Pelepasan Jenazah Keluarga Sivitas Akademika UIN Palopo
Nasihat Rektor dalam Pelepasan Jenazah Keluarga Sivitas Akademika UIN Palopo
Nasihat Rektor dalam Pelepasan Jenazah Keluarga Sivitas Akademika UIN Palopo
Nasihat Rektor dalam Pelepasan Jenazah Keluarga Sivitas Akademika UIN Palopo

Dosa sebesar apa pun kepada Allah, masih ada peluang untuk diampuni. Namun, jika dosa itu berkaitan dengan sesama manusia, maka hanya orang tersebut yang bisa memaafkan.

Palopo | hijaupopuler.id

Rektor UIN Palopo, Dr Abbas Langaji MAg, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya berbakti kepada orang tua, ia mengutip kisah seorang sufi besar, Hasan Al-Bashri, yang dikenal sangat tegar menghadapi musibah, ketika anak kandungnya wafat, ia tidak menangis; ketika rumahnya terbakar, ia hanya mengucapkan alhamdulillah. Namun, saat ibunya meninggal, ia sampai pingsan karena kesedihan yang mendalam.

“Ketika ditanya alasannya, Hasan Al-Bashri menjawab bahwa yang ia tangisi adalah hilangnya tambang pahala. Sebab, kebaktian tertinggi seorang manusia adalah kebaktian kepada kedua orang tua. Maka, muliakanlah orang tua selagi mereka masih ada, karena mereka adalah tambang pahala bagi seorang anak,” ungkap Rektor saat memberikan tausiyah pada prosesi pelepasan jenazah almarhumah Hj Suliati Patha BBA, ibunda dari Munafry Yusuf SSos, Kasubag TUPRT Biro AUK UIN Palopo, Senin (9/9/2025) lalu.

Rektor lalu menjelaskan soal firman Allah swt dalam Al-Qur’an, Surah Al-Isra ayat 23, yang terjemahnya.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Lebih lanjut, Rektor Abbas juga menegaskan bahwa ketika seseorang wafat, yang selalu dikenang hanyalah kebaikan-kebaikannya, sebagaimana tersirat dalam hadis Nabi saw.

“Sebutlah kebaikan-kebaikan orang-orang yang telah meninggal dunia dan tahanlah diri dari menyebut keburukan-keburukan mereka.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad).

Menurutnya lagi, Rasulullah saw sendiri menegaskan pentingnya menjaga lisan ketika ada saudara yang wafat, dengan hanya mengenang kebaikan-kebaikannya dan tidak mengungkit aib atau kesalahannya.

“Dosa sebesar apa pun kepada Allah, masih ada peluang untuk diampuni. Namun, jika dosa itu berkaitan dengan sesama manusia, maka hanya orang tersebut yang bisa memaafkan. Mari kita menjadi umat Rasulullah Muhammad saw, yang saling pemaaf dan saling menjaga,” tutup Rektor dalam tausiyahnya di Perumahan Graha Mutiara Indah Perumnas, Kelurahan Rampoang, Kecamatan Bara.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow