Ke Tana Toa Bulukumba, Tim Dosen UIN Palopo dan Unanda Observasi Penelitian

Ke Tana Toa Bulukumba, Tim Dosen UIN Palopo dan Unanda Observasi Penelitian
Ke Tana Toa Bulukumba, Tim Dosen UIN Palopo dan Unanda Observasi Penelitian
Ke Tana Toa Bulukumba, Tim Dosen UIN Palopo dan Unanda Observasi Penelitian
Ke Tana Toa Bulukumba, Tim Dosen UIN Palopo dan Unanda Observasi Penelitian

Tim peneliti tidak hanya melakukan pengamatan secara umum, tetapi juga menelusuri wilayah Kajang bagian dalam, sebuah wilayah adat yang masih mempertahankan nilai budaya secara ketat.

Bulukumba | hijaupopuler.id

Program Studi (Prodi) Manajemen Pendidikan Islam (MPI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Palopo melakukan kunjungan akademik ke Desa Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (26/7/2025) lalu ini, merupakan bagian dari observasi awal dalam rangka rencana penelitian kolaboratif yang mengangkat tema "Upaya Pemertahanan Budaya dan Pendidikan Masyarakat di Kawasan Adat Ammatoa Kajang."

Kunjungan dipimpin Ketua Prodi MPI, Tasdin Tahrim SPd MPd, dengan melibatkan sejumlah dosen yang akan turut berkontribusi dalam penelitian ini, di antaranya Alimuddin, Firman Patawari, Sarmila, Nurfadillah, Firmansyah, serta beberapa dosen lainnya yang tergabung dalam tim riset.

Menariknya, kegiatan ini melibatkan kampus lain yakni Nurhania dosen Universitas Andi Djemma (Unanda) Palopo, yang turut serta memperkuat tim peneliti dalam menggali informasi dan mendalami dinamika budaya serta sistem pendidikan masyarakat Kajang.

Dalam kunjungan tersebut, tim peneliti tidak hanya melakukan pengamatan secara umum, tetapi juga menelusuri wilayah Kajang bagian dalam (Kajang Dalam), wilayah adat yang masih mempertahankan nilai-nilai budaya secara ketat.

Tim bahkan berkesempatan bertemu langsung dengan tokoh adat setempat, Ammatoa, beserta keluarganya. Percakapan hangat pun terjalin, membahas filosofi hidup, nilai-nilai kearifan lokal, serta pandangan masyarakat adat terhadap pendidikan.

Kegiatan observasi ini dipandu seorang warga lokal yang berperan sebagai narasumber sekaligus pemandu lapangan, memberikan akses informasi penting terkait kondisi sosial, budaya dan pendidikan yang berkembang di tengah masyarakat adat.

Salah satu momen penting dalam kunjungan ini adalah pertemuan dengan tokoh adat utama, Ammatoa, beserta keluarganya. Dalam pertemuan yang berlangsung secara hangat dan penuh penghormatan, Ammatoa menyampaikan bahwa masyarakat adat Kajang tetap berpegang teguh pada filosofi hidup Kamase-masea (hidup sederhana) dan nilai pendidikan yang diturunkan secara turun-temurun melalui lisan dan keteladanan.

Ammatoa juga menyambut baik kehadiran para peneliti dan berharap agar hasil kajian ini tidak hanya menjadi konsumsi akademik, tetapi juga mampu menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya yang telah lama dijaga oleh masyarakat adat Kajang.

"Selama tetap menjaga niat baik, kami terbuka untuk berbagi. Budaya bukan untuk dijual, tapi untuk dihormati dan dilestarikan," ujarnya Ammatoa dengan penuh kebijaksanaan.

Sementara Tasdin Tahrim menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam membangun pemahaman komprehensif tentang integrasi budaya lokal dan pendidikan.

"Kami berharap hasil penelitian ini nanti dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan pendekatan pendidikan yang berbasis budaya lokal, terutama dalam masyarakat adat seperti Ammatoa Kajang," ujarnya.

Respons masyarakat terhadap kunjungan ini pun tampak cukup positif. Beberapa warga menyatakan antusiasme dan harapan agar hasil penelitian ini mampu memberikan dampak positif, terutama dalam pengembangan pendidikan yang tetap sejalan dengan nilai-nilai lokal.

"Kami ingin anak-anak kami tetap mengenal budaya sendiri, tapi juga tidak tertinggal dari dunia luar," ujar salah seorang warga yang turut menjadi narasumber.

Tim peneliti juga mulai membangun beberapa asumsi awal berdasarkan hasil observasi, di antaranya bahwa pendidikan formal di masyarakat adat Kajang masih berjalan berdampingan dengan sistem pendidikan non-formal yang berbasis adat dan nilai spiritual.

Dosen peneliti Firman Patawari menyebut,

"Kami melihat adanya dinamika menarik antara sistem pendidikan formal dengan proses pewarisan nilai-nilai budaya secara lisan dan simbolik. Ini perlu didalami lebih jauh," jelasnya.

Dosen lainnya, Sarmila, juga menambahkan bahwa masyarakat Kajang menunjukkan ketahanan budaya yang luar biasa dalam menghadapi arus modernisasi, namun tetap terbuka terhadap bentuk pendidikan yang tidak mengganggu nilai adat.

“Ini menjadi ruang yang kaya bagi pengembangan pendekatan pendidikan yang kontekstual dan sensitif terhadap kearifan lokal,” ungkapnya.

Kegiatan ini menjadi langkah awal penting dalam menyusun fondasi penelitian yang mendalam dan partisipatif. Ketua Prodi Tasdin menegaskan komitmen pihaknya untuk melanjutkan kajian ini secara berkelanjutan.

"Kami ingin menghasilkan karya ilmiah yang tidak hanya akademis, tetapi juga bermakna secara sosial dan budaya, terutama dalam konteks masyarakat adat seperti Ammatoa Kajang," imbuhnya.

Kegiatan ini sekaligus menjadi bentuk nyata komitmen Prodi MPI FITK UIN Palopo dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis kearifan lokal.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow