Ramadhan, Puasa, Tidur dan Doa

...orang dengan berat badan 70 kg, saat tidur akan membutuhkan 69 kalori per jam, bandingkan dengan duduk membaca Alquran yang 'hanya' menghabiskan kalori 62-68 kalori per jamnya. Ilustrasi tidur dan membaca Alquran, foto: Rengga Sancaya, detik.com
Kolom | hijaupopuler.id
Ramadhan diidentikkan dengan bulan Puasa, hal itu disebabkan sejak tahun ke-2 hijriah (624 M) sepanjang bulan Ramadhan tersebut kewajiban melaksanakan ibadah puasa bagi umat Islam mulai ditetapkan.
Puasa bukanlah hal baru bagi penganut agama samawi (Yahudi, Nasrani, Islam); masing-masing agama telah mengenal tata ritual puasa, namun dalam waktu dan dengan tata cara yang berbeda. Selain itu, pada beberapa agama dan sistem kepercayaan lainnya juga dikenal ritual puasa.
Tujuan berpuasa pada masing-masing agama dan sistem kepercayaan tersebut juga berbeda. Di dalam Islam, tujuan berpuasa adalah “La’allakum tattaqun,” agar mencapai predikat takwa (QS al-Baqarah (2):183).
Untuk mencapai predikat takwa tersebut, seorang muslim yang berpuasa akan melakukan dan menjalani perubahan pola hidup secara ekstrim; bila di luar Ramadhan bisa rutin sarapan pagi, makan siang, dan seterusnya, maka siang hari selama Ramadhan wajib menahan makan minum dan semua yang berpotensi membatalkan puasa dalam interval waktu 13-14 jam.
Karena pertimbangan kondisi secara umum tubuh umat Islam yang tidak memperoleh asupan nutrisi selama interval waktu yang panjang tersebut, maka dilakukan banyak hal, antara lain jam kerja di kantor-kantor instansi pemerintah, perusahaan dan sebagainya mengalami penyesuaian (baca: pengurangan) dari jam kerja normal; bagi yang tidak bekerja, lebih memilih berdiam diri di rumah, dan (memperbanyak) tidur.
Tidur untuk apa?
Sejatinya tidur bukan untuk menghemat energi, karena ternyata justru tubuh membutuhkan lebih banyak energi ketika tidur ketimbang ketika duduk membaca Alquran.
Bagi orang dengan berat badan 70 kg, saat tidur akan membutuhkan 69 kalori per jam. Bandingkan dengan duduk membaca Alquran, yang 'hanya' menghabiskan kalori 62-68 kalori per jamnya.
Namun yang terjadi sebahagian besar orang berpuasa justru memilih tidur, boleh jadi tujuannya agar saat-saat berpuasa berlalu sepanjang tidurnya, sehingga 'derita fisik' selama berpuasa tidak begitu terasa.
Juga boleh jadi hal tersebut terjadi karena 'iming-iming' pahala dalam satu hadis palsu yang menyatakan bahwa 'tidurnya orang yang berpuasa itu adalah ibadah.'
Pilihan (memperbanyak) tidur selama berpuasa sejatinya pilihan yang keliru, karena hal tersebut justru melewatkan momen yang paling berharga, khususnya dalam konteks hubungan langsung Tuhan dengan hamba-Nya.
Harusnya momen siang hari saat berpuasa dipergunakan secara maksimal untuk hal-hal yang produktif, khususnya dalam konteks kehidupan akhirat.
Dalam satu hadis shahih riwayat al-Bukahri dan Muslim disebutkan bahwa bila seseorang sedang berpuasa, hendaklah ia meminimalisir perkataan dan atau aktivitas yang kurang bermanfaat, dan bila seseorang mengusik atau mengajak bertengkar, maka hendaklah ia mengatakan “Saya sedang berpuasa,” artinya orang tidak boleh menodai puasanya dengan hal-hal yang kontra-produktif, yang tidak bermanfaat, salah satunya bertengkar.
Tidak ditemukan riwayat hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah saw memperbanyak tidurnya pada siang hari selama Ramadhan, bahkan aktivitas siang harinya tidak banyak berubah selama Ramadhan tersebut. Bukankah perang Badar al-Kubra terjadi pada siang hari di bulan Ramadhan?
Dari keterangan hadis-hadis tersebut tampak bahwa ketika sedang berpuasa, sejatinya seorang hamba sedang 'terkoneksi' langsung dengan Tuhan. Koneksi langsung dengan Tuhan ini hanya bisa diakses oleh orang-orang yang suci, oleh karenanya perempuan yang sedang haidh tidak diwajibkan berpuasa.
Karena terkoneksi langsung dengan Tuhan itulah, maka sang hamba sebaiknya memperbanyak melakukan hal-hal yang produktif bagi kehidupan ukhrawi dengan memperbanyak sholat sunnat misalnya, atau membaca Alquran, berzikir, dan sebagainya. Bukan berusaha melewatkan waktu dengan memperbanyak tidur, tetapi memperbanyak doa.
Kenapa harus banyak berdoa?
Karena saat berpuasa tersebut sang hamba terkoneksi secara langsung dengan Tuhan. Karenanya, di dalam satu hadis disebutkan bahwa salah satu momen doa diijabah oleh Allah swt adalah ketika sedang berpuasa, bukan (karena) bulan Ramadhannya, tapi momen berpuasanya.
Karena momen berpuasa itu adalah masa di mana seorang hamba sedang menjalin hubungan langsung dengan Tuhannya, yang harus terawat sepanjang melakukan puasa.
Rasulullah saw sendiri memberi contoh dan menganjurkan i’tikaf; yaitu duduk berdiam di siang hari di dalam masjid atau tempat lain yang jauh dari hiruk pikuk aktivitas manusia.
Dari perspektif ini, tidur di siang hari selama Ramadhan harus ditiadakan, setidaknya dikurangi agar sepanjang momen berpuasa tersebut akses online langsung dengan Tuhan tetap terjaga dan dimanfaatkan dengan baik.
Karena online dengan Tuhan, maka silakan mengupload doa permohonan atau mendownload sebanyak-banyaknya. Malam dicukupkan tidur, setidaknya agar bisa melaksanakan shalat tahajjud setelah tidur.
Abbas Langaji | Rektor IAIN Palopo
Apa Reaksi Anda?






