Serial Jumat (Edisi 12) : Menemukan Allah di Setiap Kejadian (Tauhid Saat Diuji)

Serial Jumat (Edisi 12) : Menemukan Allah di Setiap Kejadian (Tauhid Saat Diuji)
Serial Jumat (Edisi 12) : Menemukan Allah di Setiap Kejadian (Tauhid Saat Diuji)

Saat diuji, bukan saat Allah meninggalkan kita. Justru itulah saat Ia ingin kita kembali lebih dekat kepada-Nya. Foto/ilustrasi : daaruttauhiid.org dan penulis.

Islami | hijaupopuler.id

Ujian adalah tanda cinta, bukan hukuman

Kadang hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Doa tak kunjung terkabul. Rencana gagal. Orang-orang yang kita cintai pergi. Hati rasanya remuk. Dan saat itulah, berbagai pertanyaan mulai muncul.

“Kenapa Allah mengizinkan ini terjadi?” “Apakah Allah sedang marah padaku?” “Di mana Allah saat aku jatuh?”

Namun, di sinilah tauhid memainkan perannya. Tauhid bukan hanya keyakinan bahwa Allah itu Esa, tapi juga keyakinan bahwa Allah Maha Tahu, Maha Sayang, dan tidak pernah keliru dalam mengatur hidup kita.

Ujian bukan hukuman, tapi pelatihan

Allah swt tidak sedang menghukummu saat kamu diuji. Ia sedang membentukmu. Ujian adalah proses “pemurnian” iman. Layaknya emas yang harus dilebur agar murni, iman juga diuji agar makin jernih dan kokoh.

Allah swt berfirman,

“Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Orang yang bertauhid akan memandang ujian sebagai tanda perhatian Allah. Ia yakin bahwa setiap cobaan menyimpan pelajaran dan peluang peningkatan diri.

Bersama kesulitan, ada kemudahan

Kita sering merasa bahwa hidup “tidak adil.” Tapi tauhid mengajarkan bahwa keadilan Allah itu sempurna. Apa yang tampak berat hari ini, bisa jadi jalan bagi kemudahan esok hari.

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirāḥ: 6)

Orang yang bertauhid tidak hanya berharap ujian cepat selesai. Ia juga ingin menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih sabar, dan lebih dekat kepada Allah setelah ujian itu berlalu.

Tidak sendiri dalam derita

Tauhid juga mengajarkan bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Allah Maha Dekat.

“Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah): Sesungguhnya Aku dekat.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Di saat tidak ada yang mengerti perasaanmu, Allah swt memahaminya. Ketika kamu tidak mampu berkata-kata dalam doa, Ia tetap tahu isi hatimu. Tauhid membuat kita yakin bahwa setiap air mata dicatat, setiap sabar dihargai.

Merayakan kesabaran, bukan menyembunyikan luka

Orang bertauhid tidak memaksa diri untuk “terlihat kuat” di depan orang lain. Ia boleh menangis, boleh lelah, boleh mengeluh dalam sujudnya. Karena ia tahu, kesabaran bukan soal membungkam perasaan, tapi soal tetap bertahan walau hati terluka.

Tauhid mengajarkan untuk berserah, tapi tetap bergerak. Untuk pasrah, tapi tidak putus asa. Untuk percaya bahwa Allah swt tak pernah tidur dan tak pernah lalai.

Refleksi

Saat diuji, bukan saat Allah meninggalkan kita. Justru itulah saat Ia ingin kita kembali lebih dekat kepada-Nya.

Jangan bandingkan ujiannya, tapi bandingkan keimanan kita dalam menyikapinya.

Ujian memperkenalkan kita pada versi diri yang lebih kuat dan versi Allah yang lebih dekat.

Dr H Rukman AR Said Lc MThI | Dosen, Ketua LP2M UIN Palopo


Untuk membaca kembali edisi sebelumnya (ke-11) dari Serial Jumat ini, silahkan klik tautan berikut.

https://hijaupopuler.id/serial-jumat-edisi-11-tauhid-di-zaman-digital

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow