Humor Ramadhan: Takjil untuk Semua Agama!
Gambar Ilustrasi Berburu Takjil, Hijaupopuler.id, Maret 2024.
Opini | hijaupopuler.id
Aktivitas berburu takjil sudah menjadi kebiasaan orang-orang muslim dalam kemeriahan bulan suci Ramadan. Namun bukan hanya orang yang berpuasa mencari takjil, yang belum akil balig pun ikut-ikutan mencari aneka takjil. Bahkan salah satu keindahan dari keragaman Indonesia dikala bulan Ramadan adalah orang non muslim pun turut serta meramaikan tempat jualan takjil.
"Memang, takjil ini tidak pernah membatasi dirinya untuk diburu semua orang tanpa memandang apa agamanya."
Menu buka puasa pada kenyataannya tidak hanya menjadi milik orang muslim. Non muslim atau non Islam (Nonis) pun ikut meramaikan berburu takjil. Di berbagai aplikasi, aksi dari pada Nonis justru menjadi heboh dan viral karena mereka berburu takjil lebih awal.
Hal menarik dari meraka ketika ikut berburu takjil adalah munculnya berbagai macam komentar-komentar menarik, kocak dan lucu di media sosial, baik itu dari orang non muslim sendiri maupun dari orang muslim.
Di antara beberapa Nonis yang berkomentar terkait takjil berikut ini:
“Aku Kristen tapi siap berburu takjil. Bagimu agamamu bagiku takjilmu”.
“Maaf ya, walaupun aku Kristen tapi kita saingan dalam berburu takjil”.
“Selain berburu takjil kita yang non muslim juga biasanya paling senang diajak bukber”.
“Siap-siap berburu takjil jam 3 sore, mumpung yang puasa lagi lemes-lemesnya”.
“Maaf ya teman-teman Islam, kami Nonis gak mau kalah menuju tempat takjil, bahkan lebih dululan belanja dan ikut rebutan”.
Komentar-komentar dari non muslim ini tentu tidak untuk disalahpahami. Ungkapan mereka lebih kepada rasa senang bercampur jenaka. Lucu berbaur bahagia. Betapa keragaman di Indonesia menjadi spesial dan sangat patut dipertahankan.
Kerukunan terjalin indah dengan saling berbagi dan menyatukan hati dalam kebaikan. Hal ini menandakan kemeriahan bulan suci Ramadan tidak hanya menjadi berkah bagi orang muslim tetapi juga menjadi kebahagiaan non muslim.
Mereka tidak hanya sekadar ikut berbahagia dengan momen berburu takjil, lebih daripada itu di beberapa tempat, non muslim juga berpartisipasi menyediakan menu buka puasa. Inilah tren kebersamaan yang ada di masyarakat Indonesia.
Selain komentar dari Nonis, komentar dari warga muslim tidak kalah kocak, di antaranya adalah:
“Mereka berburu takjil jam 4 dan 5 di mana jam itu kita lagi sekarat-sekaratnya”.
“Kalian tidak apa-apa jika berburu takjil tapi yang fair dong, masa curi star jam 3 bahkan jam 2 sudah berburu duluan”.
“Mereka ini pintar. Niat banget beli takjil jam 3 siang, itu kan saatnya jiwa kami setengah dunia dan setengahnya lagi di kue dadar”.
“Mohon Menteri Agama bikin surat edaran buat yang jualan takjil jam 4 sore karena kita kehabisan jika datang ke lokasi beli takjil jam 5 sore, tinggal sisa-sisanya doang”.
“Ya Allah saingan Ramadan tahun ini berat sekali”.
Komentar-komentar dari orang muslim ini tentu tidak bermaksud untuk menghakimi. Mereka justru banyak berterima kasih karena jualan pedagang menjadi laris sekaligus membantu usaha mikro kecil dan menengah.
Partisipasi non muslim memeriahkan bulan Ramadan dalam rangka membangun komitmen kebersamaan.
Fondasi kebersamaan terwujud dalam rangka memperkuat tali persaudaraan antar umat beragama. Keindahan berburu takjil yang dilakukan oleh non muslim akan menjadi kebahagiaan juga bagi orang muslim.
Kalaupun orang muslim tidak kebagian takjil, toh yang laris dagangannya juga adalah orang muslim. Tradisi ini diharapkan membawa kedamaian dan kehangatan di bulan Ramadan. Sebagai warga negara yang baik, semua berharap kerukunan dan kedamaian utuh dan tidak bercerai berai. Atas nama takjil, bersatu dalam persaudaraan.
Patut untuk selalu diingat dan diimplementasikan wejangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, “Mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan.”
Muhlisa SSos MSosI | Penyuluh Agama Islam KUA Kec Walenrang Kab Luwu, dan Ketum Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Kab Luwu
Apa Reaksi Anda?
