Makam Datu Nafis: Menelusuri Jejak Perjuangan Islam di Pulau Borneo

Datu Nafis meninggalkan warisan penting dalam konteks agama, serta dalam sejarah perjuangan kemerdekaan.
Islami | hijaupopuler.id
Makam Datu Nafis terletak di Mahar Kuning, Desa Binturu Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.
Makam ini merupakan situs penting yang mengingatkan kita peran besar Datu Nafis dalam sejarah Islam di pulau Kalimantan, khususnya dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Datu Nafis bukan hanya seorang tokoh agama yang dihormati, tetapi juga seorang pejuang yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaan dan mempertahankan ajaran Islam di bumi Borneo.
Kelahiran dan keluarga
Datu Nafis lahir di Martapura pada tahun 1735 M. Beliau merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Banjar.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Nafis bin Idris bin Gusti Husein bin Ratu Anum Kasuma Yuda bin Pangeran Kesuma Negara bin Pangeran Dipati bin Sultan Tahlilullah bin Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah bin Sultan Mustainbillah bin Sultan Hidayatullah bin Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyahulama.
Garis keturunan ini menunjukkan bahwa beliau berasal dari keluarga besar yang memiliki kedudukan tinggi dalam struktur sosial dan politik Kesultanan Banjar.
Dalam konteks ini, Datu Nafis tidak hanya dianggap sebagai ulama, tetapi juga sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar di kalangan masyarakat Banjar.
Pengaruh dalam Tasawuf dan perjuangan
Syaikh Muhammad Nafis dikenal tokoh yang berpengaruh. Sebagai seorang ulama, beliau mendalami ilmu agama, khususnya tasawuf, dan mengajarkan masyarakat tentang pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, ia juga dikenal karena semangat perjuangannya melawan penjajahan Belanda.
Syaikh Nafis hidup sezaman dengan Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, salah satu ulama besar yang juga berperan dalam perjuangan melawan kolonialisme. Keduanya memiliki pemikiran yang saling melengkapi dalam perjuangan mempertahankan agama Islam dan tanah air.
Salah satu karya monumental yang ditinggalkan oleh Datu Nafis adalah Kitab ad-Durr an-Nafis, sebuah kitab yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan aksara Jawi. Kitab ini menjadi salah satu rujukan penting dalam kajian tasawuf di wilayah Asia Tenggara, khususnya di daerah yang menggunakan bahasa Melayu.
Isi kitab ini tidak hanya berisi ajaran tasawuf, tetapi juga mengandung seruan untuk jihad melawan penjajahan, yang menjadikannya sangat ditakuti oleh pihak kolonial Belanda.
Kitab ad-Durr an-Nafis: sumber ajaran dan perlawanan
Kitab ad-Durr an-Nafis adalah salah satu karya agung dalam dunia tasawuf yang ditulis oleh Datu Nafis. Kitab ini menjadi sangat penting karena mengajarkan tentang tata cara beragama yang sesuai dengan ajaran Islam, serta memuat prinsip-prinsip moral dan etika dalam kehidupan sosial.
Hal menarik dari kitab ini adalah ajaran yang menekankan pada pentingnya perjuangan untuk mempertahankan agama dan tanah air.
Dalam konteks sejarah, kitab ini menjadi sangat signifikan karena dianggap sebagai dokumen yang mendorong semangat jihad melawan penjajahan Belanda.
Dalam pandangan Datu Nafis, penjajahan adalah bentuk penindasan yang harus ditentang dengan segala cara, baik secara fisik maupun melalui penegakan ajaran Islam yang benar.
Pesan-pesan dalam kitabnya ini banyak menginspirasi umat Islam di wilayah Kalimantan dan sekitarnya untuk melawan penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan.
Pihak Belanda, yang menguasai sebagian besar wilayah Indonesia pada waktu itu, sangat takut terhadap penyebaran ajaran yang terkandung dalam kitab ad-Durr an-Nafis.
Ajaran jihad yang terkandung dalam kitab ini dianggap dapat menggugah semangat perlawanan rakyat terhadap kekuasaan kolonial. Oleh karena itu, pihak Belanda berusaha untuk membatasi penyebaran kitab ini dan menekan para ulama yang mengajarkan ajaran-ajaran tersebut.
Makam Datu Nafis dan warisan sejarah
Makam Datu Nafis di Desa Binturu Kabupaten Tabalong, menjadi tempat ziarah bagi masyarakat yang ingin mengenang perjuangannya. Sebagai seorang ulama dan pahlawan, Datu Nafis memiliki tempat khusus dalam sejarah perjuangan Islam di Kalsel.
Makamnya yang terletak di wilayah cukup terpencil memberikan kesan perjuangan Datu Nafis bukan hanya diperjuangkan dalam kehidupan dunia, tetapi juga tetap dihormati dalam kehidupan setelahnya.
Warisan sejarah yang ditinggalkan oleh Datu Nafis bukan hanya terletak pada karya-karyanya, tetapi juga pada nilai-nilai perjuangan yang beliau ajarkan.
Perjuangannya dalam mempertahankan ajaran Islam dan melawan penjajahan Belanda menunjukkan betapa pentingnya keteguhan iman dan semangat juang dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam hal ini, ia dapat dianggap sebagai salah satu pahlawan yang turut membentuk karakter bangsa Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan.
Selain itu, makam Datu Nafis juga menjadi simbol pentingnya menjaga warisan budaya dan agama. Masyarakat setempat terus mengenang ajaran-ajaran yang beliau wariskan, baik dalam aspek agama maupun dalam konteks perlawanan terhadap penjajahan.
Hal ini menunjukkan bahwa sejarah perjuangannya masih hidup dalam kehidupan masyarakat Kalsel, bahkan hingga saat ini.
Penutup
Makam Datu Nafis di Kabupaten Tabalong bukan hanya sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang ulama, tetapi juga merupakan simbol dari perjuangan panjang melawan penjajahan dan mempertahankan ajaran Islam.
Dengan karya monumental kitab ad-Durr an-Nafis, Datu Nafis meninggalkan warisan yang tidak hanya penting dalam konteks agama, tetapi juga dalam sejarah perjuangan kemerdekaan.
Perjuangan dan semangatnya masih dapat dikenang dan diambil sebagai teladan oleh generasi penerus dalam menjaga dan membela kebenaran, keadilan, serta kemerdekaan.
Dr Muhammad Ash-Shiddiqy ME | Dosen UIN Saizu Purwokerto, Jawa Tengah
Apa Reaksi Anda?






