Memahami Esensi Agama: Jalan Menuju Toleransi Sejati

Memahami Esensi Agama: Jalan Menuju Toleransi Sejati

Kolom | Hijaupopuler.id

Agama dianggap sebagai salah satu pilar utama dalam kehidupan manusia, memberikan panduan moral dan spiritual. Namun, di dunia yang penuh dengan beragam keyakinan, pemahaman yang baik tentang nilai-nilai agama dapat menjadi kunci untuk menciptakan sikap toleransi yang maksimal. Seperti ungkapan bijak yang mengatakan, “Memahami agama dengan seutuhnya, akan menciptakan rasa toleransi sebesar-besarnya.”

Toleransi adalah sikap yang mencerminkan penghormatan dan saling pengertian terhadap perbedaan. Ini bukan hanya tentang menerima keberadaan orang lain, tetapi juga tentang menghargai dan belajar dari perbedaan tersebut. Toleransi itu sikap kita kepada sesama. Tapi, hati tetap berpegang teguh pada agamanya masing-masing. Dalam praktiknya, ini berarti kita dapat hidup berdampingan dalam harmoni, sambil tetap setia pada keyakinan pribadi.

Penting untuk diingat bahwa, agama melarang adanya perpecahan, bukan perbedaan, demikian menurut Gus Dur. 

Dalam al-Qur'an, Allah Swt berfirman:

Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang sangat berat.” (QS. Ali Imran: 105). 

Perbedaan adalah hal yang alami dan indah. Perbedaan pandangan, keyakinan, dan cara hidup memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan kita. Sebaliknya, perpecahan muncul ketika kita tidak mampu menerima perbedaan tersebut, ketika ego dan fanatisme mengalahkan cinta dan pengertian.

Ketika telah benar-benar memahami ajaran agama, kita akan menemukan bahwa inti dari semua agama adalah cinta, kedamaian, dan kebersamaan. Dalam Islam, misalnya, ada ajaran untuk saling menghormati dan menyayangi antar sesama manusia. Nabi Muhammad saw bersabda:

Tidak sempurna iman seseorang sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri” (HR. al-Bukhari dan Muslim). 

Ungkapan “saudara” dalam hadis di atas adalah bermakna umum, tanpa ada batasan sosial, etnis, ras, dan agama.

Dalam Kristen, ada ajaran untuk mencintai sesama seperti kita mencintai diri sendiri. Dalam Matius 22:39, Yesus mengatakan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dalam Hindu, ada konsep ahimsa atau tanpa kekerasan, yang mengajarkan kita untuk tidak menyakiti orang lain. Mahatma Gandhi, seorang tokoh besar Hindu, mengajarkan bahwa ahimsa adalah kekuatan terbesar di dunia.

Setiap agama memiliki pesan dan nilai universal yang sama tentang pentingnya hidup dalam harmoni dan saling menghormati. Oleh karena itu, memahami agama dengan seutuhnya bukan hanya akan memperkuat iman kita, tetapi juga akan membuka pintu menuju dunia yang lebih damai dan toleran. Kita akan mampu melihat bahwa di balik perbedaan, ada kesamaan yang menghubungkan kita sebagai manusia. Kita akan belajar untuk merayakan perbedaan, bukan takut akan hal itu.

Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk memahami agama kita dengan lebih dalam, sehingga bisa menciptakan dunia yang penuh toleransi dan saling menghormati. Mari kita ingat bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan kelemahan. Perbedaan adalah keindahan, bukan kesemrawutan. Dan yang terpenting, mari selalu berpegang pada ajaran cinta dan kedamaian yang ada dalam setiap agama.

Dengan begitu, kita tidak hanya akan menjadi penganut agama yang baik, tetapi juga warga dunia yang lebih baik.

Rukman Abdul Rahman Said

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow