Nabi Muhammad untuk Seluruh Alam
Nabi Muhammad saw. menjadi rahmat untuk seluruh alam. Dalam al-Qur’an Surah al-Anbiya ayat 107, Allah swt. sudah menegaskan bahwa tiadalah Nabi Muhammad diutus melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Kita perlu membuka kembali lembaran-lembaran kitab suci al-Qur’an. Lalu menelaah tafsirannya. Lebih lengkap lagi jika merenungi sejarah perjalanan Nabi. Rahmatnya akan menyapa orang-orang yang mau mempelajarinya.
Beliau diutus bukan hanya untuk orang-orang Arab. Bukan pula untuk masyarakat Makkah saja. Diutusnya tidak juga untuk kaum kafir Quraish secara khusus. Lebih daripada itu, beliau menjadi rahmat untuk semua kalangan. Kurang tepat juga jika misinya dikatakan untuk menguasai dunia. Nabi Muhammad diutus bukan untuk mengislamkan seluruh penduduk bumi. Sejatinya kedatangan beliau menjadi teladan kasih sayang bagi semua kalangan. Tanpa sekat agama. Tanpa batas kemanusiaan.
Kita yakin sebagai umat Muhammad Rasulullah. Namun, apakah keyakinan itu sudah sejalan dengan nilai-nilai yang dibangun oleh beliau. Apakah interaksi dan komunikasi kita antar sesama sudah menyebarkan kasih sayang? Berbekal keyakinan tidak cukup. Ini yang perlu diantisipasi. Jangan sampai di akhirat nanti nasib terlantar. Kita tidak mendapat syafaat. Kita percaya sebagai umat Nabi tetapi sifat dan kelakuan tidak nyambung dengan ajarannya. Salah kaprah dalam memahami ajaran agama. Cara beragama kita perlu diperiksa, sudah benar atau tidak. Kita tidak menginginkan penyesalan di hari kemudian.
Nabi Muhammad Penebar Kasih Sayang
Rahmat Nabi saw. harus dipahami secara aplikatif. Beliau sebagai penebar rahmat dalam segala aspek kehidupan manusia. Mengasihi yang teraniaya, bersimpati kepada orang miskin, membela yang benar, menolong yang lemah, memberi hukuman dengan bijak, dan berbagai macam sikap rahmat yang pernah beliau lakukan.
Nabi mengajarkan nilai-nilai kasih sayang. Menjunjung hak-hak asasi manusia. Menjaga hak-hak binatang. Memelihara hak-hak tumbuh-tumbuhan. Sesama manusia untuk tidak bertindak sewenang-wenang, saling menghargai pendapat dan menghormati dalam kehidupan. Bahkan orang yang berbeda agama tetap dihargai dan dihormati. Dalam berbagai riwayat, Rasulullah saw. memberi banyak petunjuk betapa ajaran yang dibawanya membawa kedamaian kepada semua makhluk hidup. Pada hewan sekalipun, beliau menaruh kasih sayang. Tidak hanya itu, Nabi mengingatkan untuk menjaga tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita. Dalam ajaran Islam, sebuah pohon yang tidak menjamin akan dinikmati buahnya tetap dianjurkan untuk ditanam demi kelestarian alam.
Nabi Muhammad menebar rahmat. Inilah yang seharusnya dipahami oleh seluruh umatnya. Dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak menebar kebencian dan berita bohong, baik itu di media cetak, elektronik maupun online. Menghargai kebaragaman. Tidak memaksa orang lain mengikuti kelompoknya. Tidak menekan orang lain agar sepaham. Tidak juga menafsirkan tanpa dasar ilmu. Begitu pula tindakan pemaksaan dan kekerasan bukanlah rahmat. Hal itu bukan sifat mulia yang diajarkan Nabi.
Nabi mengajarkan untuk tidak berlaku barbar ketika perang. Beliau melarang membunuh anak-anak, wanita dan orang tua. Bahkan pasukan musuh ketika tidak berdaya dan sudah menyerah tidak boleh disentuh lagi. Di wilayah perang sekalipun, ada etika diajarkan Nabi yang harus dijaga.
Sungguh menjadi ironis kemudian jika di antara sesama muslim tidak ada rahmat yang tersebar. Seringkali yang ada muncul adalah kebablasan dalam beragama. Ada segelintir yang menganggap saudara muslimnya sebagai musuh dan wajib diperangi. Sepertinya ayat rahmat hanya sampai ditenggorokan dan tidak menyentuh lubuk hati. Bagaimana mungkin bisa dianggap jihad jika meneror sesamanya? Apakah pantas masuk surga dengan membunuh anak-anak? Apakah layak kalimat “Allahu Akbar” diteriakkan untuk menghakimi dan menganiaya orang lain? Sungguh “Allah Maha Besar” itu adalah kalimat sakral nan suci. Jangan dinodai dengan hawa nafsu. Jangan diobral untuk memenuhi syahwat kepentingan.
Banyak di antara kita yang perlu menata ulang paradigmanya dalam memahami agama. Bisa jadi ada cara beragama yang dianggap benar tetapi bertentangan dengan agama itu sendiri. Seperti memaknai kata jihad sebagai perang saja. Ini tentu kesalahan fatal. Maka melakukan bom bunuh diri atas nama agama dan jihad perang di negara damai merupakan salah satu bentuk pelecehan terhadap nilai-nilai rahmat yang dibawa Nabi.
Islam tidak redup dan mati. Cahaya kebesaran dan keselamatan serta kasih sayang yang dipancarkan terkadang terhalang oleh umatnya sendiri. Allah pemilik rahmat. Diturunkan melalui agama Islam. Disampaikan oleh Nabi Muhammad. Sudah seharusnya orang Islam menjadi penebar kasih sayang di segala tempat.
Nabi Muhammad sebagai Teladan
Kasih sayang yang diturunkan Allah swt. bukan hanya ada pada ajaran yang dibawa oleh Muhammad sebagai utusan-Nya. Rahmat itu juga hadir dalam diri Rasulullah melalui teladan yang baik. Dalam al-Qur’an Surah al-Ahzab ayat 21, Allah telah menyampaikan dengan jelas bahwa pada diri Muhammad Rasulullah telah ada suri teladan yang baik. Penyebutan kata “baik” pada ayat ini mengindikasikan bahwa ada teladan yang “tidak baik”. Ada teladan yang buruk. Menyesatkan jika diikuti. Nabi Muhammad manusia teladan. Keteladanan beliau adalah keteladanan yang baik. Tidak ada satupun teladan buruk ada pada dirinya.
Sejarah telah mencatat perjalanan hidup Nabi Muhammad. Sejak kecil sudah menampakkan sifat-sifat mulia. Akhlak terpuji yang dibangun Nabi telah menjadi keteladanan dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai anak yatim, beliau tumbuh berkembang seperti anak yang lainnya. Beliau tidak memiliki gelar tinggi di tengah-tengah masyarakat. Namun, berkat keteladanan yang dimilikinya pada saat itu, beliau mampu melakukan perubahan besar di tanah Arab.
Keteladanan Nabi untuk seluruh alam nampak di mana-mana. Nabi menjadi contoh inspirasi kehidupan bagi umat Islam. Banyak sekali kisah-kisah yang menunjukkan betapa Muhammad Rasulullah memiliki keteladanan terbaik. Beliau tidak pilih kasih. Orang besar dan orang kecil sama dalam pandangan beliau. Dalam kehidupan rumah tangganya, setiap istri mengklaim dialah yang paling disayang. Begitu pula setiap sahabat merasa diperlakukan istimewa olehnya. Beliau juga memperlihatkan sikap terbaik kepada orang-orang yang berbeda keyakinan.
Imam Muslim meriwayatkan bagaimana sikap Rasulullah ketika diminta mendoakan kebinasaan untuk orang-orang musyrik. Apa respon beliau? Nabi menjawab dengan tegas bahwa dia diutus bukan untuk menjadi pelaknat. Risalah kenabian yang diemban adalah rahmat.
Kita juga mendapatkan kisah seorang pengemis Yahudi buta di sebuah pasar Madinah. Pengemis ini selalu memaki dan menghina Nabi. Yang terjadi adalah, Nabi selalu mendatangi dan menyuapi. Sambil disuapi, pengemis mengeluarkan sumpah serapah kepada Nabi yang tanpa sadar sedang menyuapinya dengan sabar dan penuh kelembutan. Pada akhirnya, pengemis baru menyadari ketika Abu Bakar yang datang memberi makan dan memberitahu bahwa orang yang sering datang menyuapinya sudah meninggal. Dialah Muhammad yang sering dihinanya. Dia pun lalu bersaksi memeluk agama Islam di depan Khalifah Abu Bakar.
Semakin dibuka lembaran sejarah Nabi Muhammad, maka kita akan semakin takjub mengetahui keteladanannya. Banyak sekali ahli sejarah mengabadikan keteladan baik Nabi dalam bukunya. Ini penting untuk dibaca di era modern ini. Terutama bagi generasi milenial yang mulai buta dengan sejarah kenabian. Sebagai catatan terakhir dari tulisan ini, keteladan Nabi terkumpul dalam empat sifat kunci. Beliau selalu mengamalkan sifat-sifat ini, yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyiarkan) dan fathanah (cerdas). Semoga empat sifat ini bisa dijadikan inspirasi dan diteladani untuk menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Semoga.
Penulis: Mustafa, S.Pd.I., M.Pd.I
Apa Reaksi Anda?