Tumbangnya Raja Ampat Karena Tambang

Tumbangnya Raja Ampat Karena Tambang
Tumbangnya Raja Ampat Karena Tambang

Raja Ampat sebentar lagi hanya tinggal kenangan. Kerajaan yang menyimpan keindahan dunia ini akan hancur berkeping-keping. Ini hanya soal waktu Raja Ampat tumbang karena tambang.

Opini | hijaupopuler.id

Raja Ampat adalah Raja yang benar-benar Raja. Ia raja yang memiliki mahkota yang diberikan oleh alam. Karena itu, ia menguasai manusia bukan dengan penundukan dan eksploitasi, tapi lewat pesona dengan keindahan tiada dua.

Sekitar 1.500 pulau kecil menjadi daya tarik orang berkunjung ke wilayah kekuasaannya. Biodiversitas yang melimpah ruah, 537 spesies terumbu karang, 1.500 spesies ikan, 16 spesies mamalia laut dan 110 jenis burung, membuatnya dikukuhkan sebagai surga terindah yang ada di dunia. Dengan eksotisisme yang tak bisa dinafikkan, sang Raja resmi dinobatkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO pada 2023 silam.

Kini Raja Ampat terancam. Singgasananya sedang dibabat. Proses ini telah berlangsung sejak 2018, namun luput dari sorot pemberitaan. Sang Raja benar-benar nelangsa. Harta karun kerajaan ingin dikuasai oleh penguasa lainnya. Pertama-tama, teritori yang menyibak panorama indah di pulau itu dipreteli oleh mesin pemusnah. Pulau Gag, Pulau Kawe dan Pulau Manuran telah dikeruk selama tujuh tahun lamanya. Konon, harta karun bernama nikel tertimbun dalam gundukan tanah pegunungan. Gunung dibuldoser dan  hutan digunduli adalah cara penguasa merampok hartanya sedikit demi sedikit.

Alih-alih menambang, penduduk kerajaan sudah tidak tahan. Mereka akhirnya bersuara dengan lantang. Mereka menuntut agar Raja mereka tidak diusik, wilayah mereka tidak dirusak dan menghentikan segala aktivitas tambang.

Belakangan, dukungan datang dari berbagai penjuru. Mereka menyeru penghentian tambang dan eksploitasi Raja Ampat. Dukungan dan suara dari berbagai elemen dengan keras menyatakan menolak eksploitasi Raja Ampat atas nama apa pun.

Raja Ampat bukan sekedar destinasi wisata yang memanjakan mata. Ia adalah rupa-rupa keindahan dunia. Ia juga bukan hanya Raja biasa, tapi Raja terakhir yang diberi titah oleh alam untuk menjaga surga dunia terakhir. Gunung-gunung, pulau kecil, keanekaragaman hayati dan laut adalah simbol kekayaan dunia.

Kerajaan yang terletak di daerah timur kepulauan Nusantara ini adalah wilayah yang menangis saban hari dan menjadi wilayah paling tragis. Pasalnya, Papua adalah pulau yang menyumbang banyak harta bagi negeri ini, tapi tidak pernah dihargai.

Mereka hanya disebut-disebut, tapi hanya sebagai atribut, bukan sebagai identitas dan sangat rentan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Mereka sering diperlakukan sebagai orang lain yang datang dari negeri lian.

Papua bahkan tidak pernah lepas dari kemelut konflik. Seolah-olah konflik yang terjadi sengaja disetel agar warganya tidak bisa meraih kemerdekaannya sebagai warga negara yang bisa menghirup udara kebebasan.

Papua memiliki julukan mutiara dari timur. Julukan itu tidak sebatas julukan. Karena memang Papua memiliki harta karun berupa mutiara yang tidak dimiliki oleh negara mana pun.

Mutiara itu adalah mutiara hitam, yang apabila ditakar bisa membuat orang kaya tujuh turunan tidak habis-habis. Hanya saja mutiara itu tidak dinikmati oleh orang Papua itu sendiri. Harta karun itu dinikmati oleh para taipan-taipan asing yang berkawan baik dengan pusat kekuasaan yang ada di mama kota.

Para taipan tidak menikmatinya sendirian, tapi dibagi ke pengendali pengatur peraturan beserta antek-anteknya. Ini bukan satu temuan baru, tapi kemafhuman yang sudah diketahui oleh banyak orang. Mutiara hitam itu tersebar di beberapa wilayah di Papua, salah satunya di Raja Ampat.

Soal mengapa Raja Ampat terusik dan terancam disebabkan tidak lain dan tidak bukan karena Nikel. Para pebisnis nikel global tengah mengincarnya. Nikel adalah bahan baku utama pembuatan baterai mobil listrik. Mobil listrik saat ini adalah bisnis yang sangat menggiurkan. Indonesia kebut mobil listrik untuk bersaing di industri global. Tapi sebenarnya, proyeksi kendaraan masa depan dengan nama mobil listrik ini hanyalah kedok untuk akumulasi keuntungan dengan mengeruk dan merusak alam dan lingkungan.

Hal yang sama pasti berlaku untuk pulau lain yang menimbun harta karun di dalamnya. Penciuman pebisnis tambang serakah akan cepat mengendus keberadaan harta karun. Mereka memiliki alat canggih yang bisa mendeteksi keberadaan harta karun yang tersebar di seluruh belahan dunia.

Pembangunan yang berbahan dasar energi fosil mungkin saja bisa membawa kemajuan, tapi sebenarnya kehancuran sedang mengintai. Produk kemajuan seperti mobil listrik, pesawat tanpa awak dan lain-lain membutuhkan resources SDA yang sangat banyak. Bayangkan saja, untuk menghasilkan beberapa unit mobil listrik berapa gunung yang harus dikeruk, berapa hutan yang harus digunduli.

Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Tapi perlu diingat bahwa nikel berbeda dengan ikan lele. Nikel semakin dikeruk semakin habis, sementara ikan lele jika habis bisa dibudidayakan. Dan proses pengambilan dan mengekstrak nikel tidak seperti mengekstrak buah-buahan. 

Nikel berasal dari gunung dan diambil dengan cara membuldoser, meledakkan gunung dari dalam dan menggunduli hutan. Setiap nikel harus diambil dengan cara seperti itu jelas merusak alam dan lingkungan hidup orang banyak dan makhluk hidup lainnya. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah terjadinya percepatan kiamat bumi. Sementara, kondisi bumi saat ini sudah sangat memprihatinkan.

Jika sudah seperti ini, siapa lagi yang peduli? Kepada siapa lagi kita mengharapkan penyelamatan lingkungan dan bumi di saat pemerintah setengah hati menyelesaikan permasalahan Raja Ampat dan terkesan menutup mata pada aktivitas tambang di tempat lain?

Alur kehidupan ini telah disetting sesuai logika kapitalisme. Tidak ada makan siang gratis. Gunakan sedikit modal untuk keuntungan melimpah. Dan benar saja ucapan yang mengatakan bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Semua butuh pengorbanan bahkan mengorbankan alam dan lingkungan hidup sekalipun. Inilah yang dialami Raja Ampat. Ia dihancurkan hanya untuk nikel demi ambisi mobil listrik.

Raja Ampat sebentar lagi hanya tinggal kenangan. Apalagi setelah pemerintah menyebut aktivitas tambang di Pulau Gag aman dan tidak ada masalah. Kerajaan yang menyimpan keindahan dunia ini akan hancur berkeping-keping. Ini hanya soal waktu Raja Ampat tumbang karena tambang.

Muhammad Suryadi R | Mahasiswa Pascasarjana IAIN Parepare, Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Barru & Peneliti Parametric Institut

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow