Dakwah Islam & Keharmonisan Umat Beragama
Ilustrasi Keharmonisan Umat Beragama, Ai Hijaupopuler.id/Ishak/Senin27Nov2023.
Kehadiran Islam sejak awal telah memerintahkan kepada penganutnya agar selalu mengedepankan sikap-sikap yang merangkul ke jalan kebaikan.
Hal ini ditandai dengan bagaimana Rasulullah mengawali dakwahnya di Makkah yang dilakukan secara pelan-pelan, mulai dari keluarga, kawan-kawan terdekat, orang-orang tertindas seperti budak, dan yang penting dicatat, tahapan demi tahapan itu dilalui tanpa paksaan, apalagi kekerasan. Meskipun beliau sendiri kerap mendapatkan perlakuan kasar hingga percobaan pembunuhan dari para penentangnya.
Kita tahu, sejak belia Nabi mendapat julukan “al-amin” karena karakternya yang jujur. Rasulullah juga dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada siapa pun, gemar menolong, dan pembela yang lemah. Kepribadian inilah yang menjadi modal dasar beliau mengatasi beragam tantangan tersebut hingga sukses mensyiarkan Islam di Tanah Arab yang kemudian terus meluas ke seluruh penjuru dunia.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya`murụna bil-ma'rụfi wa yan-hauna 'anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn.
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Surat Ali ‘Imran Ayat 104.
Maksud al-khayr dalam ayat tersebut adalah kebaikan yang universal; suatu nilai yang menjadi titik temu semua agama yang benar, yaitu agama Allah yang disampaikan kepada umat manusia lewat wahyu Ilahi.
Akhir-akhir ini, keberagaman umat itu ternoda oleh konflik yang bernuansa agama. Bangunan harmonisasi dalam bingkai kerukunan umat beragama menjadi goyah. Bila tidak ditata kembali, berpotensi rubuh yang berujung pada disintegrasi bangsa.
Pemerintah dan segenap elemen bangsa harus membangun kembali lembaran kerukunan yang terkoyak. Merajutnya dengan benang-benang moderat sehingga bangsa ini lahir kembali menjadi tenunan kebinekaan. Setidaknya ada beberapa langkah dalam membangun harmonisasi umat beragama.
Pertama, menumbuhkan kesadaran umat bahwa berbeda adalah keniscayaan dari Tuhan. Kita tidak bisa memilih lahir dari suku-suku tertentu, warna kulit atau yang lain. Bahkan kita tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan. Allah menyebutnya dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 22:
“Dan dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan seluruh langit dan bumi, dan perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda bagi mereka yang mengetahui”. (QS Ar-Rum [30]: 23)
Dari ayat Alquran di atas dapat dijelaskan bahwa berbeda adalah karunia dan rahmat Allah yang patut disyukuri. Bila hal ini bisa dimaknai dengan baik, perbedaan tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Sebaliknya, menjadi lazim untuk dirangkul serta didekati sebagai wujud harmonisasi dalam keberagaman. Kedua, meyakinkan masyarakat bahwa bentrokan dan kerusuhan hanya akan meninggalkan luka dan trauma mendalam.
Tak satu pun daerah yang mengalami konflik dan bentrok akan sembuh dengan cepat secara psikologis. Ketakutan-ketakutan akan menghinggapi anggota masyarakat terutama perempuan dan anak-anak.
Terkadang konflik lahir karena persoalan kegundahan sosial dan politik, kemudian berevolusi menjadi bongkahan kekecewaan. Mereka tidak menemukan solusi yang tepat dan menjadi pribadi atau kelompok yang teralienasi dalam menghadapi berbagai masalah sosial. Akibatnya, mudah tersulut emosi dan dipengaruhi pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadilah konflik sosial di masyarakat. Sehingga menggunakan berbagai cara untuk membangun rumah ibadah.
Hasilnya, ada rumah ibadah yang sudah dibangun, tapi izinnya belum didapatkan. Hal inilah yang terkadang memicu konflik dan diperkuat dengan tidak tegasnya pemerintah daerah dalam menegakkan aturan.
Penulis: Baso Fauzan Salman (Mahasiswa IAIN Palopo)
Editor: Dian
Apa Reaksi Anda?