Hikmah Maulid Nabi: Nasionalisme dan Teladan Rasulullah
Rasa nasinolisme sejak dulu telah dicontohkan Rasulullah. (Ilustrasi Hijaupopuler.id)
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki makna penting bagi umat Muslim. Peringatan Maulid ini sebagai momen bagi orang untuk mengingat teladan nilai-nilai dan ajaran Rasulullah SAW yang diberikan untuk umatnya dalam menjalani kehidupan, ibadah maupun bermuamalah.
Biasanya di momen ini diceritakan kisah-kisah Nabi, bagaimana perjuangannya dalam mendakwahkan Islam, bagaimana proses diturunkannya wahyu, dan bagaimana teladan nabi dalam mengurusi ummatnya.
Nasionalisme Rasulullah SAW
Nasinalisme adalah perasaan cinta yang tinggi atau banggga terhadap tanah air. Seperti yang disampaikan Dr Abbas Langaji dalam khotbah hikmah maulid nabi yang diadakan Pengurus Cabang PMII baru-baru ini.
Perayaan maulid itu berlangsung di Gedung NU Palopo. Di hadapan para hadirin Dr Abbas Langaji bercerita banyak tentang kisah-kisah Islam. Ia bercerita bagaimana kemuliaan sebuah air samsam, kemuliaan seorang guru, nilai-nilai toleransi Islam, dan bagaimana sikap Islam ditengah berbagai macam perbedaan. Namun pada kesempatan itu, ada satu pesan yang paling ditekankan, yaitu Rasa Nasionalisme yang dimiliki Rasulullah.
Rasa nasinolisme sejak dulu telah dicontohkan Rasulullah. Ada dua hal yang pernah membuat Rasulullah bersedih. Peristiwa yang membuat beliau bersedih lantaran beliau ditinggalkan oleh dua orang yang begitu beliau dikasihi. Dua orang yang selama ini menjadi penjaga bagi Nabi Muhammad SAW, dua orang yang dikasihinya tersebut, yakni istri beliau Sayyidah Khadijah dan pamannya Abu Thalib wafat.
Dalam Islam peristiwa ini dikenal peristiwa Amul Huzni, atau tahun-tahun kesedihan.
Saat tahun ke 13 kenabiannya, Rasulullah harus meninggalkan kota Mekah. Apa kata Nabi? Beliau sudah meninggalkan kota Mekah bersama Abu Bakar tapi tiba-tiba balik dan mengatakan: Yaa Tuhan, saya sangat mencintai kota ini, kota ini kota kelahiran saya, saya sangat mencintainya. Seandainya bukan karena menjaga keselamatanku dan keselamatan pengikutku, saya tidak akan meninggalkan kota ini.
Dari kisah ini, Rasulullah telah mencontohkan kepada kita bahwa betapa kita sebagai ummat Muhammad itu wajib menunjukkan kecintaan kita kepada negeri kita, kepada tanah kelahiran kita, dan kepada tanah air kita. Sehingga bukan ummat Muhammad orang yang menghina, mencelah, merendahkan tanah kelahirannya, merendahkan tanah airnya, apalagi merendahkan negaranya.
Dari sini kita melihat, bagaimana Rasulullah sangat mencintai tanah kelahirannya, dan bagaimana Rasulullah negeri dan ummatnya.
Khotbah Maulid Nabi: Abbas Langaji
Editor: Ishak Muhammad
Apa Reaksi Anda?