Iman Seseorang Tak Terjangkau Nalar? Simak Penjelasan Quraish Shihab

Iman Seseorang Tak Terjangkau Nalar? Simak Penjelasan Quraish Shihab

Prof. Quraish Shihab, Hijaupopuler.id, Februari 2024.

Pembahasan mengenai iman begitu penting dalam Islam. Berbicara soal iman berarti berbicara persoalan pembenaran (tashdiq). Pembenaran datang setelah meyakini apa yang ada di hadapannya. Tanpa keimanan, keislaman seseorang justru dipertanyakan. Tidak mungkin seseorang mengatakan dirinya berislam di saat yang sama mengingkari adanya Allah, tidak percaya Muhammad, malaikat, kitab suci, hari Akhir, dan takdir.

Dalam konteks ini, Quraish Shihab menjelaskan soal iman. Dalam suatu kesempatan, ia pernah memaparkan bahwa iman itu biasa diartikan sebagai percaya. Apakah arti percaya?

Menurut penjelasan Quraish, iman dari segi bahasa, percaya berarti pembenaran hati terhadap apa yang didengar oleh telinga. Begitu menurutnya kata ulama. Seorang pakar pernah berkata,"Iman menyangkut sesuatu yang tidak terjangkau oleh nalar. Kalau terjangkau maka dia tidak lagi dinamai Iman".

Meski begitu, Quraish menyebut, iman adalah pembenaran hati. Apakah seorang yang beriman harus baru dinamakan beriman kalau dia telah mengamalkan apa yang diperintahkan agama? Banyak ulama berkata demikian, tetapi ada juga yang berkata tidak.

"Iman berdiri sendiri. Kesempurnaannya apabila seseorang telah mengamalkan tuntunan-tuntunan agama. Iman, khususnya pada tahap-tahap awal, selalu disertai oleh tanda tanya," kata Quraish.

Demikian juga yang bercinta. Selalu ada tanda tanya dalam hatinya sebelum mereka mengikat ikatan perkawinan. Iman pada tahap awalnya selalu didahului oleh semacam keraguan.

Tidak usah khawatir akan keraguan itu. Para sahabat Nabi pernah berkata, "Wahai Nabi, kami mendapatkan di dalam hati kami pertanyaan-pertanyaan yang kami tidak sanggup untuk mengutarakannya. Kami khawatir mengutarakannya kepadamu".

Nabi pun bertanya, "Apakah kamu mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan hatimu?" Mereka pun menjawab," benar wahai Nabi."

Dalam riwayat Nabi bersabda bahwa, kita lebih wajar ragu dibanding dengan Nabi Ibrahim. Allah memberikan kita kebebasan kepada nurani kita untuk bertanya-tanya.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow