Kewenangan Manusia Membocorkan Rahasia Tuhan?

Apakah ada seorang manusia merasa sudah diberi kewenangan membuka (baca: membocorkan!) rahasia Ilahi? Ilustrasi dari google.com
Opini | hijaupopuler.id
Bila Anda meluangkan banyak waktu mendengarkan sejumlah tawshiyah keagamaan sepanjang bulan Ramadhan, boleh jadi Anda akan banyak disuguhi ceramah dengan judul yang 'keren'-untuk tidak menyebutnya bombastis.
Misalnya judul seperti 'Rahasia Ramadhan' atau 'Rahasia Puasa' atau mungkin 'Rahasia Tadarrus Alquran' atau 'Rahasia Zikrullah' mungkin juga 'Rahasia Laylatul Qadr' dan masih banyak rahasia-rahasia yang lainnya.
Silakan disimak baik-baik pemaparan 'rahasia' yang dijanjikan dalam judul-judul tersebut. Sejak awal Ramadhan hingga seterusnya 'rahasia' yang dijanjikan belum (baca: tidak akan pernah!) diungkapkan juga oleh penceramah.
Hampir seluruh materi ceramah sejak malam pertama uraiannya kurang lebih sama dengan Ramadhan-ramadhan sebelumnya. Kalaupun ada perbedaan, paling hanya sekitar penambahan diksi dan 'bumbu' penyedapnya.
Selebihnya sama. Karena semua sekadar pengulangan, yang andai dilakukan pengujian similaritas dengan software sekelas Turnitin, maka similaritasnya di atas angka 90%.
Lalu di manakah 'rahasia' yang dijanjikannya di dalam judul-judul ceramah yang biasa kita dengar tersebut?
Apakah di balik ibadah-ibadah atau amaliyah Ramadhan tersebut, ada rahasia besar yang disembunyikan Allah swt?
Bila seseorang mengungkapkannya, apakah hal tersebut sesungguhnya mengubah status 'rahasia' menjadi 'bukan rahasia' lagi?
Ini hanya terkait diksi dan sebahagian bahasa retorik; rahasia-rahasia ibadah itu adalah dari Allah swt, yang disampaikan kepada Rasul-Nya.
Hakikat rahasia tersebut adalah pengetahuan Allah swt; tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, bila ada yang mengaku mengetahuinya (boleh jadi) dia sedang berbohong atau berlebihan dalam berbicara. Apakah ada seorang manusia merasa sudah diberi kewenangan membuka (baca: membocorkan!) rahasia Ilahi?
Diksi sebagian oknum muballigh selama ini agak lebay, bombastis; mungkin perlu sedikit disederhanakan. Sehingga kata 'rahasia' dalam judul-judul ceramah itu seharusnya diganti dengan kata 'hikmah' atau 'fadhilah' atau yang sepadan lainnya.
Abbas Langaji | Rektor IAIN Palopo
Apa Reaksi Anda?






