Kurikulum Berbasis Cinta untuk Harmoni Keberagaman

Rapat PKUB bahas penyusunan Kurikulum Berbasis Cinta. FOTO: Kemenag.go.id
Nasional | hijaupopuler.id
Saat ini, Kementerian Agama (Kemenag) melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) sedang merancang Kurikulum Berbasis Cinta (KBC).
Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti arahan Menteri Agama, Nasaruddin Umar, yang mendorong agar agama menjadi elemen yang berperan penting dalam menciptakan kedamaian dan kerukunan di tengah masyarakat yang majemuk.
Kepala PKUB, Muhammad Adib Abdushomad, menyatakan bahwa penyusunan KBC merupakan strategi memperkuat harmoni dalam keberagaman di Indonesia.
Menurutnya, agama seharusnya menjadi kekuatan pemersatu yang mampu memberikan dampak positif yang nyata.
"Ketika umat menjauh dari pemuka agamanya, itu adalah sebuah kegagalan. Agama harus memberikan dampak nyata sehingga keberagaman dapat terwujud dalam harmoni," ujarnya di Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Kurikulum ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk menanamkan nilai-nilai cinta universal sebagai cara menjaga keseimbangan dalam keberagaman.
Pembahasan terkait KBC dihadiri oleh berbagai tokoh lintas agama yang turut memberikan pandangan mengenai cinta sebagai nilai yang menyatukan.
Mohammad Shofan dari Teras Kebhinekaan, misalnya, membagikan pengalamannya tentang program "Living Our Values Everyday" (LOVE), yang berhasil menciptakan atmosfer cinta di kalangan guru agama.
Ia menekankan bahwa cinta hanya dapat tumbuh bersama nilai-nilai kebaikan lainnya dan menjadi landasan kehidupan sosial yang harmonis.
Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, perwakilan agama Hindu, menjelaskan pentingnya cinta dalam etika dan moral melalui konsep "Tri Hita Karana," yang mencakup hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan), sesama manusia (pawongan), dan alam (palemahan).
Sementara itu, Romo Agustinus Heri Wibawa dari Katolik menekankan bahwa cinta sejati adalah cinta yang merangkul seluruh elemen hubungan antara manusia, Tuhan, dan alam.
Menurutnya, cinta akan menjadi berkat bagi semua jika diarahkan dengan jelas, baik sebagai bagian dari pendidikan karakter maupun program prioritas pemerintah.
Dalam perspektif Agama Buddha, Erwin Tjioe memandang cinta sebagai inti dari kebaikan tanpa batas yang mampu menciptakan harmoni dan meredakan kemarahan.
Prof. Ws. Chandra Setiawan dari agama Konghucu menggarisbawahi bahwa cinta sejati berakar pada keluarga dan mencerminkan nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, pengorbanan, dan pemaafan.
Sementara itu, Pdt. Jimmy dari agama Kristen menggambarkan cinta melalui simbol salib, yang merepresentasikan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan dan hubungan horizontal dengan sesama serta alam.
Ia berharap KBC dapat menjadi kebiasaan yang membangun harmoni.
Pertemuan ini menghasilkan pembentukan forum lintas agama untuk mempercepat penyusunan KBC. Forum tersebut akan melibatkan setiap agama dalam memberikan kontribusi berupa draft tentang perspektif cinta berdasarkan ajarannya masing-masing.
Desa Sadar Kerukunan juga akan dijadikan indikator keberhasilan program ini, dengan PKUB sebagai penggerak utama dalam mempromosikan kerukunan umat beragama di Indonesia.
"Dengan pendekatan berbasis cinta, semua aspek kehidupan akan selaras," ujar Muhammad Adib Abdushomad.
Kurikulum ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk menjawab tantangan keberagaman dengan pendekatan yang universal dan berbasis cinta kasih.
Apa Reaksi Anda?






