Manusia dan Nurani

Manusia dan Nurani

Gambar: Abbas Langaji, Ilustrasi Hijaupopuler.id

Hijaupopuler.id - Konon di laut nan biru ada sekitar 23.000 jenis ikan. Ikan laut yang lahir, tumbuh dan berkembang biak di dalam air asin ternyata dagingnya tidak menjadi asin oleh asinnya air laut yang menjadi habitatnya.

Berbeda dengan ikan laut yang mungkin karena satu dan banyak hal, mati dan terapung setelah beberapa jam, sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti dagingnya menjadi asin oleh air laut tempatnya terapung. 

Kenapa demikian? Ketika ikan masih hidup, ruhnya berhasil mempertahankan diri untuk tidak terkontaminasi oleh rasa asin lingkungan atau habitatnya.

Kemampuan mempertahankan diri untuk tidak menjadi asin tersebut hanya berlangsung ketika hayat masih di kandung badannya.

Ketika ruh lepas dari jasadnya, bangkai ikan yang terapung di habitatnya sendiri, sedikit demi sedikit daging di seluruh tubuhnya akan menjadi asin, terkontaminasi oleh asinnya air laut.

Bagaimana dengan manusia? 

Konon sebahagian manusia justru dengan mudahnya terkontaminasi oleh asam-asin-manis dan pahitnya lingkungan, walaupun ruhnya masih ada dan jasadnya masih hidup. 

Bila jasad masih hidup, namun nurani sudah mati, maka di situlah pengaruh apa saja dari luar tubuh bisa mempengaruhi sistem tubuh, yang ujung-ujungnya akan membinasakan. Satu-satunya cara agar tubuh kita tidak terkontaminasi oleh asam asin manisnya kehidupan adalah berupaya selalu agar nurani kita tetap hidup.

Agama memberi banyak tuntunan agar nurani tetap dan selalu hidup, dari hal-hal besar hingga hal-hal kecil. Bagi yang pernah mondok, mungkin pernah diingatkan kalimat “katsrah al-dhahik tumiit al-qalb,” bila diterjemahkan secara sederhana bisa “banyak tertawa (terbahak-bahak) bisa mematikan hati nurani.”  

Bila dibawa ke konteks kekinian, “kebanyakan menertawakan (sesuatu) atau nyinyir (terhadap seseorang) dan semacamnya bisa membuat hati nurani semakin gelap, akhirnya mati.” 

Saat kita dengan mudahnya terpengaruh suasana buruk di sekitar kita meskipun hayat masih di kandung badan, maka boleh jadi kita perlu merenung dan belajar pada filosofi kehidupan makhluk air laut.

Sebagai manusia biasa, perlu lebih banyak renungan tentang diri sendiri, mungkin ada yang perlu dibenahi agar nurnai tetap dan selalu bersinar.

Penulis: Abbas Langaji

Editor: Ishak Muhammad

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow