Maulid Nabi, Ekspresi dan Implementasi
Peringatan maulid merupakan alat beragama. Bukan ajaran baru yang diada-adakan. Sama sekali bukan ritual keagamaan yang mengada-ngada. Dalam kehidupan duniawi, kreasi dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat. Hal yang dilarang adalah mengagamakan sesuatu yang bukan agama.
Hijaupopuler.id - Bulan Rabiul Awal bulan ketiga. Bulan kelahiran manusia agung. Insan terbaik pilihan Allah. Teladan sepanjang zaman. Dialah Nabi Muhammad saw. Lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah.
Ulama berbeda pendapat tentang kelahirannya. Mayoritas meyakini beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal. Sebagian yang lain mengatakan tanggal delapan. Ada pula yang berpegang pada tanggal 21.
Menurut Syekh Ali Jum’ah bahwa ada pesan tersirat dari perbedaan kelahiran Nabi. Seolah-olah Allah menyembunyikan kepastian kelahirannya. Hal ini mendatangkan hikmah hendaknya merayakan hari kelahiran Nabi kapan saja di bulan Rabiul Awal. Baiknya diperingati sebulan penuh. Lebih baik lagi jika dilakukan sepanjang tahun.
Berada dalam bulan ini merupakan anugrah tersendiri bagi umatnya. Sangat wajar kemudian banyak yang berbahagia menyambutnya. Dulu, saat Nabi Muhammad lahir, pamannya yang masih konsisten dengan kepercayaan leluhur, Abu Lahab bersuka cita.
Dia memerdekakan budak perempuan bernama Tsuwaibah. Dari kegembiraan ini, Abu Lahab mendapatkan imbalan akhirat. Allah meringankan siksanya setiap hari Senin.
Tentu umat Nabi Muhammad akan mendapatkan bonus lebih jika bergembira atas kelahiran beliau. Jangan sampai kita justru tidak senang dengan bulan kelahirannya. Mari diisi bulan maulid dengan beragam aktivitas positif. Bersyukur atas segala ajaran dan tuntunan hidup yang dibawa Nabi.
Sebuah organisasi diperingati hari jadinya. Seorang tokoh dikenang kelahirannya. Setiap negara diperingati kemerdekaannya sebagai hari kelahiran. Tidak ada perdebatan tentang hal itu. Tidak ada yang mempertanyakan dalilnya.
Tiba giliran peringatan kelahiran Nabi, ada yang melarangnya dengan ancaman neraka. Sungguh berlebihan. Peringatan maulid adalah penghormatan. Setiap manusia berbeda caranya meluapkannya. Selama tidak bertentangan dengan syariat, dijalankan saja.
Lagi pula, memperingatinya tidaklah sekadar seremonial. Namun, tetap meneladani sifat-sifatnya sepanjang hayat. Merayakan maulid adalah ekspresi kegembiraan dan kesyukuran. Orang mau bahagia kok dilarang.
Peringatan maulid merupakan alat beragama. Bukan ajaran baru yang diada-adakan. Sama sekali bukan ritual keagamaan yang mengada-ngada. Dalam kehidupan duniawi, kreasi dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat. Hal yang dilarang adalah mengagamakan sesuatu yang bukan agama.
Shalahuddin al-Ayyubi, panglima perang pasukan Islam dalam Perang Salib menjadikan peringatan maulid sebagai spirit positif untuk membakar semangat juang kaum muslim.
Sekarang, tanpa disadari generasi muda lebih dekat dengan figur lain dibanding kisah Nabi Muhammad saw. Peringatan maulid menjadi salah satu wasilah dalam rangka menghormati, menghargai dan memuliakan beliau. Momentum untuk mengenalnya lebih dekat kembali.
Peringatan maulid juga merupakan sarana dakwah. Menjadi memori kolektif mengenai ajaran dan sunah-sunah Nabi. Hakikat maulid merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah swt dan rasa bahagia sebagai umat Nabi Muhammad saw.
Allah sendiri yang menganjurkan untuk meluapkan kegembiraan tatkala mendapatkn anugerah dari-Nya. Peringatan maulid seringkali diwujudkan dengan berjamaah. Diisi dengan berbagai macam amaliah positif.
Dzikir kepada Allah. Tilawah dan tadarus kitab suci. Salawat dan pujian. Ceramah atau pengajian umum. Pembacaan sejarah Muhammad saw. Silaturahmi dengan orang lain. Sedekah makanan untuk dinikmati bersama. Ini menjadi syiar agama untuk semua kalangan. Peringatan maulid untuk mengagungkan Nabi Muhammad saw.
Imam Jalaluddin al-Suyuthi ketika ditanya tentang maulid, apakah terpuji atau tercela? Beliau menjawab bahwa: “Asal peringatan maulid adalah manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi sejak kelahiran sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena telah mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad saw yang mulia”.
Seluruh semesta berbahagia menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw. Tidakkah hati merindu kepadanya meskipun tidak pernah bersua? Rasa ingin bertemu selalu menggelora di dada.
Dengan maulid, kita berharap rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw terus terpatri dalam diri. Teraktualisasi melalui implementasi akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita konsisten menjadi umatnya dan berjumpa di akhirat kelak serta mendapatkan syafaat.
Allahumma shalli wa sallim wa barik ‘ala sayyidina Muhammad
Penulis: Mustafa [mustafa@iainpalopo.ac.id]
Apa Reaksi Anda?