Serial Jumat (Edisi 7) : Tauhid dalam Hidup Sehari-hari
Orang yang bertauhid sadar bahwa segala sesuatu datang dari Allah, dan tidak ada satu pun yang terjadi tanpa hikmah. Ilustrasi : alkanews.com.
Islami | hijaupopuler.id
Karena Allah Gak Cuma Dicari Saat Ujian Hidup Datang
Tauhid bukan sekadar pengetahuan yang disimpan di kepala. Bukan pula hanya untuk dibahas di ruang kelas, ceramah, atau diskusi keislaman.
Tauhid adalah sesuatu yang harus hidup dalam kehidupan nyata: saat kita bekerja, belajar, menjalani relasi, menghadapi ujian, atau saat sedang sendirian di kamar.
Bagian ini dalam edisi ke-7 ini, akan membahas bagaimana nilai-nilai tauhid bisa benar-benar membumi—bukan hanya di masjid, tapi juga di pasar, kampus, kantor, media sosial, bahkan dalam diamnya hati yang gelisah.
Tanda-tanda Orang Bertauhid: Bukan Cuma La Ilaha Illallah
Banyak orang mengira, cukup dengan mengucap kalimat syahadat—maka urusan tauhidnya sudah selesai. Padahal, tauhid sejati terlihat dari laku hidup, bukan hanya dari ucapan.
Berikut beberapa tanda yang sering terlihat pada orang-orang yang kuat tauhidnya (meski mereka tidak selalu tampak “agamawan” di permukaan):
Tidak Panik Berlebihan Saat Diuji
Orang yang bertauhid sadar bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan pasti ada hikmahnya. Dia boleh sedih, boleh lemah, tapi tidak sampai putus harapan.
Prinsip yang selalu menjadi pegangannya,
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali ‘Imran: 173)
Orang yang bertauhid sadar bahwa segala sesuatu datang dari Allah, dan tidak ada satu pun yang terjadi tanpa hikmah. Musibah, kegagalan, kehilangan—semua bukan tanda Allah membenci, tapi cara-Nya mendidik hati agar lebih kuat dan lebih dekat kepada-Nya.
Ia boleh menangis, boleh merasa lemah, karena itu bagian dari sifat manusiawi. Tapi ia tidak tenggelam dalam keputusasaan. Ia tahu, selama masih ada Allah, harapan tidak akan pernah padam.
Ia menggenggam janji Tuhannya,
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (QS. Az-Zumar: 53).
Maka ia bangkit, meski pelan. Ia tersenyum, meski terluka. Karena imannya selalu berkata: ini semua bagian dari rencana-Nya—dan rencana Allah tak pernah salah.
Tidak Gampang Takjub pada Dunia
Orang yang bertauhid tahu bahwa dunia ini fana. Harta, jabatan, popularitas, semua hanya sementara. Dia tidak silau oleh pencapaian orang lain, karena dia tahu: yang kekal adalah ridha Allah.
"Dan keridaan Allah adalah lebih besar (nilainya)." (QS. At-Taubah: 72)
Orang yang bertauhid tahu bahwa dunia ini hanya tempat singgah. Harta bisa datang dan pergi. Jabatan bisa naik dan turun. Popularitas bisa terangkat hari ini, lalu dilupakan esok hari. Tapi semua itu tidak mengguncang hatinya.
Ia juga tidak iri ketika melihat orang lain sukses, dan tidak minder ketika dirinya belum punya apa-apa. Kenapa? Karena ia paham: yang dicari bukan tepuk tangan manusia, tapi senyuman ridha dari Allah. Ia yakin, apa pun yang ditinggalkannya di dunia, akan diganti dengan sesuatu yang jauh lebih indah di sisi-Nya. Maka ia terus melangkah, bukan untuk menjadi hebat di mata dunia, tapi untuk tetap kuat di jalan Tuhan.
Lebih Takut pada Dosa daripada Pandangan Manusia
Orang yang bertauhid tidak menjadikan pujian manusia sebagai bahan bakar semangatnya, dan tidak pula menjadikan celaan mereka sebagai alasan untuk menyerah. Ia tidak hidup untuk memuaskan pandangan orang lain, karena yang paling ia khawatirkan bukanlah omongan manusia, tapi apakah Allah ridha atau tidak.
Ia juga tahu, manusia bisa berubah-ubah—hari ini memuji, besok mencela. Tapi ridha Allah itu kekal dan jujur. Maka ia menjaga langkahnya agar lurus di jalan-Nya, meski tak selalu dipahami. Ia tetap berbuat baik, meski tak selalu dihargai. Karena baginya, cukup Allah yang tahu. Sebab di akhirat kelak, yang akan ditanya bukan: “Apa kata orang tentangmu?” melainkan: “Apa yang kamu lakukan demi-Ku?”
"Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang mencela" (QS. Al-Ma’idah: 54)
Menjaga Amal agar Tidak Riya
Dia tidak mencari panggung. Amal salehnya cukup antara dia dan Tuhannya. Bahkan, sering kali ia lebih suka amalnya tak diketahui siapa-siapa.
Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa di antara tujuh golongan yang akan mendapat naungan langsung dari Allah di hari kiamat, salah satunya adalah: “Seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-sembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak Menyalahkan Takdir, Tapi Introspeksi
Saat gagal, orang yang bertauhid tidak menyalahkan nasib. Dia evaluasi diri, tapi tetap husnuzhan (berprasangka baik) pada Allah.
Baginya, takdir bukan alasan untuk menyerah, tapi panggilan untuk bangkit lebih bijak.
Refleksi
Orang yang bertauhid sejati akan terlihat dari ketenangan wajahnya, kedewasaan sikapnya, dan kebersihan niatnya.
Dia juga bukan orang yang sempurna, tapi orang yang terus memperbaiki hubungan dengan Allah.
Dr H Rukman AR Said Lc MThI | Dosen, Ketua LP2M UIN Palopo
Untuk membaca kembali edisi sebelumnya (ke-6) dari Serial Jumat ini, silahkan klik tautan berikut.
https://hijaupopuler.id/serial-jumat-edisi-6-apakah-allah-marah-kalau-kita-berdosa
Apa Reaksi Anda?






