Menemukan Keseimbangan Hidup, Antara Dunia dan Akhirat Dalam Perspektif Islam

...tuntutan dunia yang semakin materialistis sering kali membuat manusia lupa akan tujuan akhirat. Ilustrasi keseimbangan, sumber : Jawaban.com
Perspektif | hijaupopuler.id
Orientasi Islam itu jelas mengarah pada kebahagiaan akhirat, namun kita juga dilarang untuk mengabaikan kehidupan dunia. Hal ini seperti difirmankan oleh Allah swt di dalam Alquran Surah Al-Qashash ayat 77:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia."
Ayat ini menjadi pedoman penting bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.
Namun, belakangan muncul fenomena, di mana sebagian sarjana atau pemikir Islam mencoba membawa ritual ibadah atau pemaknaan teks Alquran dan Hadits semata-mata untuk kepentingan duniawi.
Misalnya, dengan menafsirkan ayat-ayat Alquran hanya untuk mendukung kepentingan ekonomi, politik, atau sosial tanpa mempertimbangkan dimensi spiritual dan akhirat. Hal seperti ini jelas salah arah, karena Islam tidak pernah mengajarkan pemisahan antara dunia dan akhirat.
Di sisi lain, ada juga kelompok yang terlalu fokus pada urusan akhirat hingga mengabaikan kehidupan dunia. Mereka menganggap bahwa dunia hanyalah tempat sementara yang tidak perlu diperhatikan.
Padahal, Islam mengajarkan bahwa dunia adalah ladang amal untuk akhirat. Mengabaikan dunia sama saja dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat kebaikan dan mempersiapkan bekal menuju kehidupan yang abadi.
Keseimbangan hidup versi Islam adalah menjadikan urusan akhirat sebagai prioritas utama, sementara urusan dunia menjadi pendamping dan pelengkapnya.
Dalam konteks ini, fikih (hukum Islam) memainkan peran penting. Fikih tidak sesederhana menemukan dalil lalu langsung diamalkan. Fikih membutuhkan penalaran mendalam dan ijtihad (usaha sungguh-sungguh) untuk melakukan istinbath (pengambilan hukum) dari nash (teks suci).
Ijtihad bukanlah hal yang mudah. Ia membutuhkan alat atau perangkat yang memadai, seperti penguasaan bahasa Arab, ilmu tafsir, hadits, ushul fikih, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya. Alat-alat ini tidak bisa didapatkan secara instan, tetapi membutuhkan perjuangan ekstra dan keseriusan dalam belajar.
Oleh karena itu, tidak cukup hanya membaca kitab Bulughul Maram atau Riyadhus Shalihin lalu langsung bisa menentukan halal-haram suatu perkara. Butuh kedalaman ilmu dan pemahaman yang komprehensif untuk bisa mengambil kesimpulan hukum yang tepat. Ini menunjukkan bahwa belajar agama adalah fondasi utama sebelum mempelajari ilmu-ilmu lainnya.
Seorang ulama pernah berkata, "Ajari anakmu ilmu apa saja, setelah mereka belajar agama dengan baik." Dengan begitu, kelak mereka bisa menjadi dokter, pilot, ahli kimia, fisika, atau biologi yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga shalih (baik) dalam menjalankan ajaran agama. Ini adalah bentuk keseimbangan yang diajarkan Islam: menguasai ilmu dunia tanpa melupakan akhirat.
Hadits "Thalabul ilmi faridhatun" (mencari ilmu itu wajib) menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus belajar dengan serius. Ilmu agama adalah fondasi, sementara ilmu dunia adalah pelengkap yang bisa membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Ketika kita serius menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, insya Allah kita akan menikmati hasil jerih payah tersebut di dunia dan akhirat.
Dalam konteks kehidupan modern, tantangan untuk menjaga keseimbangan ini semakin besar. Di satu sisi, tuntutan dunia yang semakin materialistis sering kali membuat kita lupa akan tujuan akhirat.
Di sisi lain, pemahaman agama yang sempit bisa membuat kita terjebak dalam fanatisme dan mengabaikan potensi duniawi yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kebaikan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengingat pesan Alquran dan Hadits tentang keseimbangan hidup. Belajar agama dengan serius, tetapi juga tidak menutup diri dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan begitu, kita bisa menjadi manusia yang tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga bahagia di akhirat.
Semoga kita semua bisa meneladani keseimbangan hidup yang diajarkan Islam, sehingga bisa meraih kebahagiaan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin yra.
Intan Diana Fitriyati MAg | Dewan Pengasuh Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah Walisampang, Pekalongan, Jawa Tengah
Apa Reaksi Anda?






