Nuzulul Quran Dan Lailatul Qadr; Turunnya Kitab Suci Alquran

Kitab At-Tibyan fi Ulumil Quran karya Syekh Muhammad Ali As-Shabuni menyebut Alquran turun ke langit dunia sekaligus pada malam lailatul qadr, kemudian turun ke bumi secara bertahap. Ilustrasi: dompetdhuafa.org
Islami | hijaupopuler.id
Malam Nuzulul Quran adalah salah satu momen paling bersejarah dalam Islam. Pada malam ini, Nabi Muhammad saw menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibril as, yang menjadi awal turunnya Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia.
Peristiwa agung ini diperingati setiap tanggal 17 Ramadan, meskipun sejatinya Alquran turun pada malam Lailatul Qadar, yang jatuh pada salah satu malam di 10 hari terakhir Ramadan.
Lalu mengapa Nuzulul Quran diperingati pada tanggal 17 Ramadan? Tulisan ini akan mengupas tuntas pertanyaan tersebut berdasarkan penjelasan para ulama dan ahli tafsir.
Turunnya Alquran: dua fase penting
Dalam khazanah Islam, Alquran diturunkan dalam dua fase. Pertama, Alquran diturunkan secara utuh (jumlatan wahidatan) dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Kedua, Alquran diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama 23 tahun.
Penjelasan ini didasarkan pada kitab At-Tibyan fi Ulumil Quran karya Syekh Muhammad Ali As-Shabuni, yang menyatakan bahwa Alquran turun ke langit dunia sekaligus pada malam Lailatul Qadar, kemudian turun ke bumi secara bertahap.
Malam Lailatul Qadar sendiri dijelaskan dalam Alquran, khususnya dalam Surat Al-Qadr, sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Namun Alquran tidak menyebutkan tanggal pasti terjadinya Lailatul Qadar tersebut. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim hanya memberikan petunjuk bahwa malam tersebut terjadi pada 10 hari terakhir Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan).
Mengapa tanggal 17 Ramadan?
Lalu mengapa Nuzulul Quran diperingati pada tanggal 17 Ramadan? Menurut penjelasan ulama perempuan dan ahli tafsir, Intan Diana Fitriyati MAg, peringatan ini merujuk pada peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw.
Wahyu pertama tersebut adalah lima ayat pertama Surat Al-Alaq, yang diterima Nabi saw saat sedang berkhalwat (berkontemplasi) di Gua Hira, Jabal Nur, sekitar 6 km dari Mekkah. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Ramadan, ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun (menurut sebagian riwayat, 41 tahun).
Selain itu, tanggal 17 Ramadan juga dikaitkan dengan peristiwa penting lainnya dalam sejarah Islam, yaitu kemenangan umat Islam dalam Perang Badar. Perang ini terjadi pada tahun kedua Hijriah dan menjadi tonggak kemenangan pertama umat Islam melawan kaum kafir Quraisy. Kemenangan ini diabadikan dalam Surat Al-Anfal ayat 41, yang menyebutkan bahwa pertolongan Allah swt datang pada tanggal 17 Ramadan.
Perbedaan pendapat tentang tanggal Nuzulul Quran
Meskipun di Indonesia dan beberapa negara Muslim lainnya Nuzulul Quran diperingati pada tanggal 17 Ramadan, tidak semua negara memiliki tradisi yang sama. Di Mesir dan beberapa negara Timur Tengah, peringatan ini sering dilakukan pada malam 27 Ramadan, yang diyakini sebagai malam Lailatul Qadar. Ada juga yang memperingatinya pada tanggal 24 atau 21 Ramadan.
Perbedaan ini wajar mengingat Alquran sendiri tidak menyebutkan tanggal pasti turunnya wahyu pertama. Yang jelas, Alquran hanya menyatakan bahwa turunnya terjadi pada bulan Ramadan.
Makna peringatan Nuzulul Quran
Peringatan Nuzulul Quran bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga momentum untuk mengingat kembali betapa agungnya Alquran sebagai petunjuk hidup. Turunnya Alquran secara berangsur-angsur selama 23 tahun menunjukkan bahwa ajaran Islam dibangun secara bertahap, sesuai dengan konteks dan kebutuhan umat. Hal ini juga mengajarkan kita untuk sabar dan konsisten dalam menjalankan syariat Islam.
Di Indonesia, peringatan Nuzulul Quran biasanya diisi dengan kegiatan tadarus, pengajian dan ceramah keagamaan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman umat Islam terhadap Alquran serta mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Tadarus misalnya, tidak hanya sekadar membaca Alquran, tetapi juga memahami makna dan tafsirnya.
Refleksi di malam Nuzulul Quran
Malam Nuzulul Quran seharusnya menjadi momen refleksi bagi setiap Muslim. Pertama, kita perlu merenungkan betapa besar anugerah yang diberikan Allah swt melalui Alquran. Kitab suci ini tidak hanya menjadi pedoman hidup, tetapi juga sumber ilmu, hikmah dan petunjuk bagi umat manusia.
Kedua, kita perlu mengevaluasi sejauh mana Alquran telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Apakah kita hanya membacanya tanpa memahami maknanya, ataukah kita berusaha mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari?
Selain itu, peringatan Nuzulul Quran juga mengingatkan kita akan pentingnya ilmu pengetahuan. Wahyu pertama yang turun, yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5, memerintahkan manusia untuk membaca (iqra').
Perintah ini tidak hanya bermakna membaca teks, tetapi juga membaca alam semesta, sejarah dan diri sendiri. Dengan demikian, Islam mendorong umatnya untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan potensi diri.
Penutup
Malam Nuzulul Quran adalah peristiwa agung yang patut kita syukuri dan renungkan. Meskipun terdapat perbedaan pendapat tentang tanggal pastinya, esensi dari peringatan ini tetaplah sama; mengingatkan kita akan turunnya Alquran sebagai petunjuk hidup.
Mari kita jadikan momen ini sebagai momentum untuk lebih dekat dengan Alquran, baik dengan membacanya, mempelajari maknanya, maupun mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua dapat meraih keberkahan dan hikmah dari malam yang mulia ini.
Dr Muhammad Ash-Shiddiqy ME | Dosen UIN Saizu Purwokerto, Jawa Tengah
Apa Reaksi Anda?






