Revolusi Santri Zillenial: Melek Digital, Melek Kespro, Tetap Berakhlak

Revolusi Santri Zillenial: Melek Digital, Melek Kespro, Tetap Berakhlak
Revolusi Santri Zillenial: Melek Digital, Melek Kespro, Tetap Berakhlak

Melek digital membuatmu cerdas, melek Kespro membuatmu terjaga, dan akhlak membuatmu mulia. Ilustrasi/foto : mubadalah.id dan penulis.

Edukasi | hijaupopuler.id

Santri zaman dulu identiknya baca kitab tebal, catatan penuh coretan Arab pegon, dan kalau butuh referensi, ya langsung ngaji ke kiai/nyai. Fast forward ke era sekarang: santri zillenial bisa ngaji kitab sambil pegang HP, buka terjemahan Ibnu Katsir, cek hadis di website, terus lanjut bikin konten TikTok dakwah 30 detik. Multitasking? Udah kayak prosesor 8-core!

Ini bukti kalau santri hari ini hidup di dua dunia sekaligus; dunia pesantren yang penuh adab dan dunia digital yang penuh gempuran informasi dari segala arah.

Tantangannya? Jangan sampai “melek digital” tapi gelap akhlak. Atau “melek Kespro” tapi lupa adab. Makanya, santri zillenial perlu upgrade cara berpikir dan berperilaku supaya tetap relevan, berkelas, dan beradab.

Santri Zillenial Bukan Santri Biasa

Santri sekarang beda level. Mereka melek digital, cepat menyerap informasi, update trend, kritis, dan tetap ingin dekat dengan nilai agama.

Tapi melek digital tanpa filter itu bahaya. Ibarat punya motor ninja tapi nggak bisa rem—bisa ngebut, tapi juga bisa nyungsep.

Akses internet bikin ilmu agama mudah dipelajari, tapi juga bikin hoaks agama, konten vulgar, dan doktrin sesat mudah mampir. Belum lagi tren FOMO (fear of missing out); kalau nggak ikut ngepost, takut dibilang kudet. Padahal nggak semua yang viral itu halal dilihat, di-like, apalagi di-share.

Upgrade 1: Jadi Santri Melek Digital Tanpa Kehilangan Adab

Santri harus bisa jadi role model bermedia sosial. Bukan cuma pinter debat fiqh di komentar TikTok, tapi juga beradab dalam konten dan interaksi.

Tips ringan ala santri zillenial. Pertama, pakai “filter adab” sebelum posting, tanya diri sendiri; berfaedah nggak? merusak citra santri atau pesantren nggak? ada unsur gibah, fitnah, atau pamer dosa nggak? Kalau gagal tes adab, itu sama dengan batal posting, simpan di draft saja.

Yang kedua, pilih konten yang halal dan menenangkan otak. Nonton yang lucu boleh, yang edukatif bagus, tapi jangan sampai algoritma menyeretmu ke konten yang bikin iman drop.

Ketiga, jangan jadi keyboard warrior tanpa akhlak. Berdebat boleh, tapi jangan lupa akhlak. Santun itu bukan lemah; justru itu kelasnya ahli ilmu.

Dan keempat, jadilah konten kreator syar’i tapi asyik. Dakwah nggak harus kaku. Bisa lewat storytelling, komedi sopan, atau daily life ala santri. Yang penting manfaat plus adab, sama dengan berkah.

Upgrade 2: Melek Kespro Biar Nggak Salah Jalan

Sekarang kita geser dikit ke topik yang sering bikin orang salah tingkah, yakni kesehatan reproduksi (Kespro). Banyak santri juga remaja belajar Kespro dari rumor, sinetron, atau konten adult talk yang tidak mendidik. Akhirnya banyak mitos absurd beredar bebas.

Padahal, Kespro itu bukan materi cabul—itu ilmu menjaga amanah tubuh dari Allah swt. Sama seperti belajar fiqh thaharah, belajar tentang pubertas, kesehatan organ reproduksi, batas pergaulan, dan cara menjaga diri itu bagian dari hifz al-‘irdh (menjaga kehormatan), salah satu tujuan maqāshid al-syarī’ah.

Santri yang melek Kespro itu justru paham batasan syar’i, lebih beradab dalam bergaul, bisa nolak ajakan negatif dengan elegan, dan jadi agen edukasi yang menenangkan.

Knowledge is power, tapi dalam Islam, knowledge plus adab itu sama dengan cahaya (nur).

Upgrade 3: Akhlak Tetap Nomor Satu

Ilmu banyak, followers ribuan, konten viral—tapi kalau akhlak nol? Itu kayak HP 5G tapi baterai bocor; cepat panas, cepat mati.

Kita sering dengar pesan, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu.” Santri modern harus membuktikan bahwa update teknologi dan wawasan tidak membuat mereka kehilangan tawadhu’.

Cirinya santri yang up to date tapi tetap beradab adalah menghormati guru meski beda pendapat, menyampaikan kebenaran dengan lembut, tidak meremehkan yang belum paham, serta menjaga pandangan, ucapan, dan jejak digital.

Karena akhlak itu bukan sekadar dipraktikkan di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.

Santri Zillenial; Agent of Change

Santri itu benteng moral masyarakat. Kalau santri nggak melek digital, nanti umat dipimpin buzzer. Kalau santri nggak melek Kespro, nanti masyarakat bingung rujukan. Kalau santri nggak punya akhlak, ilmu yang tersebar bisa jadi racun.

Pesantren harus jadi center of Islamic smart youth yang melahirkan generasi Islami, intelek, kreatif, dan solutif. Santri bisa jadi edukator digital, influencer syar’i, konselor sebaya, penulis, podcaster, content creator, atau bahkan duta anti hoaks dan anti pelecehan.

Dan semua itu bermula dari literasi digital ditambah literasi Kespro plus akhlak.

Santri Masa Kini, Gabungan Ilmu, Adab dan Teknologi

Kita sedang berada di fase “revolusi santri.” Dari hanya jadi penonton, kini saatnya santri jadi pemain utama dalam peradaban digital. Tapi ingat, tujuan santri bukan sekadar eksis—melainkan menghadirkan manfaat dan wajah Islam yang adem, cerdas, dan penuh adab.

Kalimat penutup untuk disimpan; Melek digital membuatmu cerdas, melek Kespro membuatmu terjaga, dan akhlak membuatmu mulia.

Kalau tiga ini digabung, santri akan bersinar di dunia nyata maupun dunia maya—bukan karena viral, tapi karena berkualitas.


Intan Diana Fitriyati MAg | Dewan Pengasuh Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah Walisampang, Pekalongan, Jawa Tengah

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow