Serial Jumat (Edisi 9) : Tauhid dan Kesederhanaan Hati
Tauhid sejati tidak selalu terlihat dari sorban di kepala atau panjangnya jenggot. Ia juga tidak selalu berbentuk status bernuansa religi, kutipan Arab panjang, atau debat di media sosial. Ilustrasi : tirto.id
Islami | hijaupopuler.id
Orang Bertauhid Gak Harus Pamer Iman
Tauhid sejati tidak selalu terlihat dari sorban di kepala atau panjangnya jenggot. Ia juga tidak selalu berbentuk status bernuansa religi, kutipan Arab panjang, atau debat di media sosial.
Tauhid yang lurus justru membuat hati lebih sederhana, lebih tenang, dan lebih tahu diri. Orang yang benar-benar mengenal Allah swt akan semakin sadar betapa dirinya kecil, betapa ia selalu membutuhkan-Nya, dan betapa tidak perlu banyak gaya untuk dianggap dekat dengan-Nya.
Tauhid Melahirkan Tawadhu (Rendah Hati)
Orang yang kenal Tuhannya tidak sibuk membesarkan dirinya. Dia tahu, sehebat apa pun pencapaiannya, itu semua titipan dari Allah swt. Maka, dia tidak arogan sombong, tidak merasa paling benar, dan tidak memandang orang lain rendah.
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu setinggi gunung.” (QS. Al-Isrā: 37)
Tauhid membuat seseorang lebih suka merenung daripada menyombongkan diri, lebih suka mendengar daripada mendikte.
Tauhid Membentuk Keikhlasan
Orang yang bertauhid tidaklah beramal untuk dipuji. Dia sadar, yang paling penting bukan viral di dunia, tapi dikenal oleh Allah swt dan mereka yang di langit.
Contohnya, dia tetap bantu orang meski tidak diunggah ke medsos. Dia tetap berbuat baik meski tak ada yang melihat dan memuji. Dia tetap berdoa meski belum ada yang berubah, karena yakin Allah swt mendengar dan akan mengabulkan dengan cara-Nya, bukan dengan keinginannya.
Ikhlas itu tidak instan. Tapi tauhid melatih kita untuk pelan-pelan memurnikan niat. Ia membuat kita selalu bertanya: “Saya melakukan ini karena siapa?”
Tauhid Menenangkan Ego
Ego ingin selalu benar. Tauhid mengingatkan kita bahwa hanya Allah swt yang Maha Benar.
Ego ingin menang dalam debat. Tauhid berkata: kadang mengalah lebih mulia daripada menang.
Ego ingin dilihat dan dihargai. Tauhid berkata: cukup Allah swt yang melihatmu.
Jadi orang yang bertauhid belajar menundukkan egonya, bukan karena lemah, tapi karena sadar bahwa kemenangan sejati adalah ketika hati tetap damai, bukan saat lidah menang debat.
Tauhid Membebaskan dari Standar Dunia
Sering kali, kita merasa harus punya sesuatu agar dihargai, harus kaya, harus cantik atau gagah, harus viral dan populer, harus punya gelar dan jabatan.
Tauhid datang sebagai pengingat, bahwa “Yang membuatmu berharga bukan tentang apa yang kamu punya, tapi siapa yang kamu sembah.”
Orang yang bertauhid tahu bahwa Allah swt tidak menilai isi dompetmu, tapi isi hatimu. Ia tidak melihat kulitmu, tapi amalmu. Ia juga tidak menilai gaya hidupmu, tapi cara hidupmu.
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian, dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian dan amal kalian." (HR. Muslim)
Hidup Lebih Sederhana, Karena Tahu Tujuan
Orang yang bertauhid tidak hidup untuk pamer. Dia tidak merasa perlu menunjukkan semua yang ia miliki. Dia makan secukupnya, memakai baju sewajarnya, dan tidak mengejar tren hanya demi diakui.
Tauhid menjadikannya lebih ringan. Karena dia tahu bahwa hidup ini sementara, jadi kenapa harus dibikin berat?
Refleksi
Tauhid bukan tentang terlihat paling saleh di luar. Tapi tentang menjadi manusia yang jujur dan bersih di dalam. Kesederhanaan lahir dari hati yang sudah merasa cukup dengan Allah swt. Dan orang yang cukup dengan-Nya, tidak lagi butuh pengakuan dunia.
Dr H Rukman AR Said Lc MThI | Dosen, Ketua LP2M UIN Palopo
Untuk membaca kembali edisi sebelumnya (ke-8) dari Serial Jumat ini, silahkan klik tautan berikut.
https://hijaupopuler.id/serial-jumat-edisi-8-tauhid-dan-mental-tangguh
Apa Reaksi Anda?






