Teori Komunikasi dan Teori Media dalam Perspektif Islam

Teori Komunikasi dan Teori Media dalam Perspektif Islam

Dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam teori komunikasi dan media, diharapkan umat Muslim mampu menjadi komunikator dan pengguna media yang cerdas, beretika, dan membawa manfaat bagi seluruh umat manusia. Ilustrasi : pkkmikomukpetra.com.

Perspektif | hijaupopuler.id

Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui komunikasi, manusia dapat saling bertukar pikiran, menyampaikan pesan, dan membangun hubungan sosial.

Dalam Islam, komunikasi bukan sekadar alat untuk berinteraksi, tetapi juga memiliki nilai moral dan spiritual yang tinggi. Setiap ucapan, tulisan, dan tindakan komunikasi harus mencerminkan kebenaran, kejujuran, serta niat yang baik sebagaimana diajarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ.

Teori komunikasi dalam perspektif Islam berakar pada konsep tabligh (menyampaikan kebenaran) dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Komunikasi dipahami bukan hanya sebagai proses penyampaian pesan, melainkan juga tanggung jawab moral untuk menyebarkan nilai-nilai kebenaran. Hal ini ditegaskan dalam Surah Al-Ahzab ayat 70-71, yang menyerukan agar kaum Muslimin berkata dengan perkataan yang benar, karena komunikasi yang jujur akan membawa keberkahan dan keselamatan.

Salah satu teori komunikasi yang dapat dijadikan landasan dalam Islam adalah teori etika komunikasi Qurani. Teori ini menekankan bahwa komunikasi harus berlandaskan pada nilai-nilai etika, seperti kejujuran (sidq), keadilan (‘adl), kesopanan (adab), dan tanggung jawab (amanah).

Dalam praktiknya, seorang komunikator Muslim harus memastikan bahwa setiap pesan yang disampaikan tidak menimbulkan fitnah, kebohongan, atau permusuhan di antara sesama manusia.

Selain itu, Islam juga mengenal prinsip hikmah (kebijaksanaan) dalam berkomunikasi. Prinsip ini tercermin dalam firman Allah swt dalam Surah An-Nahl ayat 125,

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik."

Ayat ini menunjukkan bahwa komunikasi Islam harus memperhatikan situasi, kondisi, dan karakter lawan bicara agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan konflik.

Dalam konteks teori media, Islam memandang media sebagai alat dakwah dan sarana penyebaran informasi yang dapat digunakan untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran. Media, dalam pandangan Islam, tidak bersifat netral. Ia bisa menjadi alat kebaikan jika digunakan untuk menyebarkan ilmu, dakwah, dan kebaikan; namun bisa menjadi alat keburukan jika digunakan untuk menebar fitnah, kebencian, dan kemaksiatan. Oleh karena itu, tanggung jawab moral para pelaku media menjadi sangat besar.

Teori media dalam Islam dapat dijelaskan melalui konsep wasilah (perantara atau alat). Alquran mengajarkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah swt dapat menjadi sarana untuk mencapai kebaikan. Maka, media massa—baik cetak, elektronik, maupun digital—dapat dianggap sebagai wasilah dakwah, yakni perantara dalam menyebarkan pesan-pesan Islam dan kebaikan universal kepada umat manusia.

Dalam perkembangan media modern, Islam menekankan prinsip maslahah (kemanfaatan umum) dan mafsadah (kemudaratan) sebagai ukuran etika dalam penggunaan media. Artinya, setiap isi media harus dinilai berdasarkan apakah ia membawa manfaat atau justru menimbulkan mudarat bagi masyarakat. Prinsip ini sangat relevan untuk mengontrol arus informasi yang begitu cepat di era digital agar tetap berada dalam koridor nilai-nilai Islam.

Media dalam Islam juga harus mengedepankan nilai ukhuwah (persaudaraan) dan rahmatan lil ‘aalamiin. Artinya, isi media sebaiknya memupuk rasa persatuan, kasih sayang, dan kedamaian, bukan menimbulkan perpecahan atau kebencian. Nabi Muhammad ﷺ memberikan teladan luar biasa dalam hal komunikasi dan penyebaran informasi, di mana beliau selalu menggunakan bahasa yang santun, bijak, dan penuh kasih.

Dari perspektif komunikasi massa, Islam dapat memadukan teori modern dengan nilai-nilai keislaman. Misalnya, teori agenda setting dalam media bisa diarahkan untuk membentuk agenda publik yang positif, seperti meningkatkan kesadaran beragama, kepedulian sosial, dan semangat belajar. Sementara teori framing bisa digunakan untuk membingkai isu-isu dengan cara yang mencerminkan nilai keadilan, empati, dan kebenaran.

Teori komunikasi dan teori media dalam perspektif Islam tidak hanya membahas proses teknis penyampaian pesan, tetapi juga mencakup aspek moral, etika, dan spiritual. Islam mengajarkan bahwa setiap bentuk komunikasi dan penggunaan media harus didasari oleh niat yang tulus untuk menegakkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan.

Dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam teori komunikasi dan media, diharapkan umat Muslim mampu menjadi komunikator dan pengguna media yang cerdas, beretika, dan membawa manfaat bagi seluruh umat manusia.

Muhammad Hidayat | Mahasiswa Prodi KPI FUAD UIN Palopo

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow