Krisis Integritas Akademik: Tradisi ‘Numpang Nama’ dan Kemerosotan Moral Penelitian Ilmiah

Ilustrasi Krisis Integritas Akademik
Kolom | Hijaupopuler.id
Refleksi tajam terhadap isu “numpang nama” dalam karya ilmiah ini perlu dimulai dengan menyoroti krisis integritas yang menghantam dunia akademik.
Fenomena ini adalah bentuk eksploitasi struktural yang tidak hanya merusak kredibilitas penulis yang “numpang nama,” tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan.
Praktik ini menciptakan ilusi pencapaian akademik yang rapuh, membangun karier di atas pondasi kebohongan, sekaligus menodai esensi dari penelitian sebagai pencarian kebenaran ilmiah.
Tradisi ini ibarat parasit yang hidup di dalam ekosistem akademik, merampas pengakuan dan penghargaan dari mereka yang bekerja keras dengan dedikasi dan integritas.
Para akademisi yang terlibat dalam tradisi ini seolah berkomitmen menghancurkan prinsip meritokrasi, di mana pencapaian seharusnya didasarkan pada kompetensi dan kontribusi nyata.
Lebih memalukan, budaya ini sering kali terjadi dalam konteks relasi kuasa, di mana nama-nama senior “dipaksakan” untuk dicantumkan tanpa kontribusi berarti.
Hal ini menunjukkan lemahnya keberanian moral para akademisi junior untuk menolak praktik yang menjijikkan ini, sekaligus memperlihatkan keengganan institusi untuk menghukum perilaku yang jelas-jelas melanggar etika.
Jika budaya ini dibiarkan, kita akan terus menyaksikan degradasi kualitas akademik yang semakin dalam, di mana penghargaan atas penelitian tidak lagi mencerminkan nilai sebenarnya.
Maka, perubahan tidak hanya membutuhkan kebijakan yang tegas, tetapi juga keberanian moral dari setiap individu di dunia akademik untuk melawan tradisi yang memalukan ini.
Sebab, hanya dengan integritas, ilmu pengetahuan bisa benar-benar menjadi obor kebenaran, bukan sekadar alat legitimasi bagi ambisi pribadi.
Adzan Noor Bakrie [Akademisi IAIN Palopo]
Apa Reaksi Anda?






