Praktik Politik Uang

Praktik Politik Uang

Nurdin (Dosen IAIN Palopo), Ilustrasi Hijaupopuler.id, Dian2023.

Hari ini saya begitu senang dan gembira sebab pimpinan saya menghadiahkan 3 buah buku dan merupakan hadiah yang kesekian kalinya. Pimpinan saya, mengetahui persis jika anak buahnya yang satu ini senang gembira bila diberi buku. 

Itu karena, memang sejatinya kita harus terus belajar. Bahkan, umat muslim sebelum disuruh salat dan puasa, disuruh belajar. "Iqra" bacalah, ayat ini jangan hanya dimaknai dengan pendekatan tekstual, tetapi harus dimaknai lebih jauh lagi dengan pendekatan kontekstual, yaitu belajar.

Dari 3 buah buku itu, salah satunya berjudul "Politik Uang" Buku yang sejalan dengan situasi saat ini, di mana salah satu yang perlu mendapat perhatian kita semua dan perlu diwaspadai dalam Pemilu dan Pemilihan adalah adanya praktik politik uang.

Sebab sudah menjadi pembicaraan ditengah masyarakat di berbagai tempat, ada sebagian peserta Pemilu yang coba meraih suara masyarakat dengan cara-cara tercela, misalnya menghargai suara masyarakat dengan imbalan uang.

Dan tidak dipungkiri, pelanggaran paling sering terjadi dalam Pemilu dan Pemilihan adalah maraknya praktik politik uang, seolah-olah itu menjadi syarat untuk menjadi seorang pejabat. Perilaku politik uang diberi istilah oleh mereka, uang mahar, serangan fajar, uang amplop, ngebom, dan seterusnya.

Perilaku ini jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan menjadi budaya atau tradisi. Sehingga akan mencoreng arti dan makna dari demokrasi yang sebenarnya. Masyarakat harus memahami, bahwa politik uang adalah bagian dari korupsi.

Bahkan, embrio kejahatan korupsi yang menggerus martabat bangsa ini adalah akibat mengguritanya praktik politik uang. Sehingga tidak heran, jika terdapat banyak proyek-proyek yang bermutu rendah, pejabat yang mudah disuap sebab kesemuanya berawal dari adanya praktik politik uang.

Prof. Burhanudin Muhtadi dalam sebuah tulisannya mengatakan, bahwa sangat sulit menemukan penyelenggara negara yang memiliki integritas, kredibilitas, dan profesionalitas apabila politik uang masih tetap hidup terintegrasi dalam benak manusia Indonesia.

Untuk itu, kita berharap semoga para peserta Pemilu kali ini tidak terjebak dengan cara-cara kotor, cara yang tidak mengedukasi masyarakat bagaimana berdemokrasi yang seharusnya. 

Demikian halnya masyarakat, agar tidak memilih mereka berdasarkan isi tasnya tetapi benar-benar menentukan pilihannya pada mereka yang memiliki integritas, kredibilitas dan kompetensi dalam memimpin bangsa dan negara.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow