Konsep Birr Al-Walidain Dalam Konteks Relasi Personal

Konsep Birr Al-Walidain Dalam Konteks Relasi Personal

Konsep Birr al-wa>lidain ini dikenal sebagai salah satu konsep relasi antara orang tua dan anak yang ditawarkan dalam Islam.

Hijaupopuler.id - Dalam tulisan ini, kita akan membahas sebuah konsep relasi personal yang sering digunakan dalam membangun hubungan harmonis antara orang tua dan anak, kemudian dijadikan acuan dalam menjaling hubungan dengan orang lain.

Tulisan ini merupakan karya dari salah satu Mahasiswa IAT IAIN Palopo, Astrie Muthia Sulaiman. Karya itu dibuat dalam bentuk makalah yang berjudul "Nasihat Diri Dalam Konsep Relasi Personal". Hal ini cukup menarik untuk dibahas, apalagi berbicara tentang konsep intraksi, yang notabenenya adalah suatu aktifitas yang pasti manusia jalani setiap hari sebagai seorang mahluk sosial. 

Relasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Tentunya sebuah intraksi pasti ada. Entah intraksi internal atau pun intraksi eksternal.

Sementara itu, yang dimaksud relasi personal adalah sebuah hubungan individu dengan orang lain yang bersifat lebih intim lagi, atau dalam bahasa tren biasa disebut hubungan yang menyentuh rasa.  

Setiap orang dalam interaksi dengan orang-orang sekitar atau orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, saudara, atau pasangan, terkadang terjadi gesekan yang menyebabkan merenggang bahkan putusnya sebuah hubungan yang sebelumnya telah terbentuk. Dari hal inilah konsep intraksi Birr al-wa>lidain dianggap bisa menjadi solusi agar sebuah intraksi personal atau hubungan dapat terjaga dengan baik.

Konsep Birr al-walidain ini dikenal sebagai salah satu konsep relasi antara orang tua dan anak yang ditawarkan dalam Islam. Biir al-walidain terdiri dari dua kata, biir yang dalam pengertian umumnya semakna dengan kata hasan dan khoir, yaitu baik atau kebaikan dan kata al-wa>lidain berarti kedua orang tua.

Biir al-walidain adalah berbuat baik dan berlapang dalam kebaikan kepada kedua orang tua, dalam hal perkataan, perbuatan, dan niat. Dari sini kita dapat menarik benang merahnya, bahwa dalam konsep birr al-wa>lidain, harus terbentuk pola relasi yang baik antara orang tua dan anak. 

Bentuk relasi tersebut seperti mengajarkan kebaikan, menjelaskan bahwa orang tua harus mengajari kebaikan kepada anaknya. kebaikan ini bisa dengan menasihati, mengajarkan etika, dan peringatan taat kepada Allah. Bisa juga dengan merawat, mendidik dan memberikan teladan terlebih dahulu kepada anak.

Memahami konsep atau pola relasi birr al-wa>lidain ini, sebenarnya tidak hanya digunakan untuk hubungan antara orang tua dan anak, tapi juga bisa kita gunakan dalam menjalin hubungan antara saudara, kerabat, dan juga orang sekitar. Dalam realitas sosial, tak ada yang dapat mencegah terjadi sebuah relasi atau hubungan, yang bisa dilakukan hanya upaya menjaga dan merawat relasi yang telah terbentuk, agar dapat terus terjalin dan tidak terputus. 

Namun tak bisa juga kita pungkiri, dalam sebuah relasi terkadang terdapat individu yang perilaku dan sifatnya buruk, maka hal yang perlu dilakukan adalah berusaha memahami bahwa individu tersebut adalah manusia biasa yang juga bisa melakukan kesalahan. Tapi kesalahan yang masih dalam tahap wajar. Jika sudah melebihi batas wajar atau biasa dikenal dengan istilah millenial, toxic people atau toxic relationship. 

Jika berada di posisi ini, disarankan lebih baik menjaga kesehatan diri dan mental, caranya cukup simpel, cukup menjaga jarak dengannya. 

Semoga bermanfaat...

Artikel ini ditarik dari makalah yang merupakan karya akademik Astrie Muthia (Mahasiswa IAT IAIN Palopo).

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow