Mencintai Demokrasi Sehat Bagi Kader Pendidikan Pengawas Partisipatif

Mencintai Demokrasi Sehat Bagi Kader Pendidikan Pengawas Partisipatif
Mencintai Demokrasi Sehat Bagi Kader Pendidikan Pengawas Partisipatif

Jangan membuat demokrasi cedera pada hal-hal yang memecah belah kita, bersikaplah jujur dan penuh integritas bahkan ketika tidak ada satu pun manusia yang melihat. Ilustrasi/foto : rri.co.id dan penulis

Opini | hijaupopuler.id

Pemilih pemula adalah warga negara yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya dalam sistem demokrasi pada pemilihan legislatif atau yang berusia 17 tahun saat hari H pemilihan. Pemilih pemula ini menjadi generasi akar yang dapat menghasilkan demokrasi sehat. Ini harus sejalan dengan elemen terkait, mulai dari penyelenggara, peserta Pemilu/partai politik dan masyarakat luas.

Money politics sendiri menjadi masalah krusial yang terjadi dalam demokrasi. Ia dapat mencederai demokrasi di negara kita ini.

Sebagai kader Pendidikan Pengawas Partisipatif (P2P), penulis meyakini bahwa haln itu menjadi tugas bersama, yakni bagaimana mengembalikan marwah demokrasi yang menjadi satu-satunya bentuk pesta rakyat yang benar-benar menjadi hak rakyat, tanpa tendensi dan tekanan yang berbau uang di dalamnya.

Melihat kondisi sekarang ataupun pengalaman di Pemilu dan Pilkada lalu, masifnya kita melakukan pengawasan partisipatif terus dilaksanakan. Apalagi sebagai seorang guru di salah satu Madrasah Aliyah (MA) yang memiliki 60-an orang pemilih pemula, menjadi hal baik untuk mengontrol dan bekerja sama dengan Bawaslu Kabupaten Luwu untuk menjadi pengawas partisipatif bagi mereka para pemilih pemula.

Selain itu, untuk sekaligus memberikan pemahaman bentuk sosialisasi di setiap proses belajar agar selalu mengingatkan pentingnya berdemokrasi sehat, sehingga juga bisa menjadi bibit pengawasan partisipatif ke depannya.

Berawal dari celoteh para siswa yang kadang membahas pernyataan seperti “Kalau ada uangnya itu mi Saya ku pilih,” seolah ini adalah hal biasa saja yang mereka lontarkan. Sebagai kader P2P yang mendengar, dapat hadir untuk meluruskan agar tidak menormalisasikan pernyataan tersebut yang juga sering terdengar di lingkup masyarakat umum.

Persoalan ini memang harus dipotong mulai dari akarnya, sebab seperti diketahui bersama, memberikan celah kepada pemilih pemula terlibat dalam money politics, sama halnya kita menodai hak pilih kita yang sangat berpengaruh untuk negara dalam lima tahun ke depan.

Kami hadir memberikan pemahaman, bahwa nominal-nominal itu tidak boleh disandingkan dengan demokrasi apabila kita menginginkan negara tercinta ini selalu berpihak kepada rakyat. Harus disadari bahwa negara dikatakan negara, ketika ada yang berperan sebagai rakyat, karena hak demokrasi ada di rakyat, jadi gunakan hak itu dengan sebaik-baiknya, bukan menukarnya dengan nominal, yang mana nominal itu akan habis hanya dengan menutup mata bahkan hanya sedetik, ini tidak sebanding dengan kebijakan yang akan keluar lima tahun, ketika proses awalnya memang sudah dicederai oleh kita sendiri.

Ini adalah salah satu proses yang memang berat untuk mensterilkan kembali demokrasi menjadi sehat, tapi minimal selalu ada pengingat bagi pemilih pemula untuk mengarahkan pola pikir yang lebih fresh dan tidak terkontaminasi dengan iming-iming negatif terkait demokrasi.

Saya merasa, pemilih pemula memang sangat penting untuk selalu diarahkan dan selalu diberi peringatan, bahwa salah satu bentuk kecintaan kita terhadap negara adalah mencintai demokrasi yang bersih.

Sosialisasi yang massif sampai sekarang pun masih terus saya lakukan di madrasah tempat saya mengabdi sebagai guru untuk bisa membimbing generasi ke depan bukan hanya menunaikan tugas sebagai kader tetapi menjadi kewajiban sebagai warga negara.

Tidak hanya di lingkungan Madrasah, tetapi sebelum saya mensosialisasikan pentingnya menjaga demokrasi sehat, saya juga tetap mengingatkan keluarga di rumah dan di organisasi perempuan (Fatayat NU) yang saya pimpin untuk tetap menjadi pemilih yang menghargai marwah demokrasi, dengan tidak cepat termakan berbagai isu yang memecah belah, dengan tidak memberi ruang money politics ada dalam demokrasi, serta menyadari bahwa asas rahasia tetap harus dipegang teguh, dan mengingat bahwa segala hal yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Pencipta.

Ruang-ruang yang mungkin terdengar kecil tetapi sangat bermanfaat untuk perbaikan cara pandang, utamanya sahabat-sahabat di Fatayat NU bersikap dalam menghadapi berbagai proses dalam demokrasi, sensitif memang, tetapi saya selalu mengingatkan mereka agar tetap dalam koridor UUD dan koridor keislaman seperti yang dijunjung tinggi di organisasi ini.

Dan Alhamdulillah, hal ini sangat bermanfaat karena seluruh kader kami benar-benar selalu sesuai koridor, baik yang berstatus penyelenggara, ASN, honorer, masyarakat biasa, semua dapat memahami sosialisasi yang saya selalu serukan.

Penulis sendiri tidak pernah menanyakan secara pribadi pilihan yang dipilih pengurus Fatayat NU. Hal ini untuk memberikan mereka ruang menentukan hak tanpa tendensi, tanpa menanyakan, tanpa mengiming, menurut penulis itu adalah salah satu bentuk pengawasan kepada semua pengurus Fatayat NU yang saya pimpin hingga saat ini.

Penulis tetap massif melakukan tugas sebagai kader P2P, walau tanpa dipublish, tetapi merasa bukan hanya sekedar sebagai kader, melainkan ada rasa nasionalisme yang sejalan dengan lingkungan tempat bekerja, serta organisasi yang saya pimpin seolah satu kesatuan yang memiliki tujuan yang sama.

Selagi kita berstatus rakyat Indonesia, wajib hukumnya mencintai negara Indonesia, salah satunya dengan mematuhi sistem demokrasi yang disusun begitu indah, semata-mata untuk kita rakyat Indonesia.

Sesuatu hal atau kegiatan yang kita lakukan akan memiliki dampak untuk generasi selanjutnya, sehingga selalu penulis ingatkan ketika melakukan pengawasan partisipatif di lingkungan madrasah, lingkungan keluarga, organisasi dan lingkungan sosial, agar berbuat yang dapat menjadi contoh baik bagi generasi selanjutnya, dan berhenti menormalisasikan hal yang sudah kita anggap salah tetapi seolah dibenarkan.

Hal yang kita lakukan memiliki konsekuensi entah dalam hukum yang ada maupun hukum alam bahkan hukum Sang Maha Kuasa. Saat ini mungkin saja belum terasa, tetapi suatu saat konsekuensi dari apa yang kita lakukan pasti akan terasa dampaknya. Jika ingin dampak yang baik, maka lakukan sesuatu yang baik. Inspirasi terbaik adalah diri sendiri, bersikap baik walau dalam keadaan sendiri tanpa pengawasan.

Pengawasan terbaik adalah pengawasan ketika kita mampu menolak hal yang merusak dan bisa menjadi contoh untuk orang lain untuk terus memberi cermin positif atas semua proses dalam demokrasi menuju demokrasi yang lebih sehat dan bermartabat.

Jangan membuat demokrasi cedera pada hal-hal yang memecah belah kita, bersikaplah jujur dan penuh integritas bahkan ketika tidak ada satu pun manusia yang melihat, karena sejatinya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melihat di luar dari kemampuan kita dalam melakukan pengawasan.

Salam demokrasi, salam pengawasan partisipatif dan salam demokrasi sehat untuk Indonesia tercinta.


Deby Janet SPd | Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Luwu

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow